Sabtu, 11 November 2017

makalah sosiologi dengan pembahasan “Perspektif posistivistis comte tentang masyarakat”.



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kehidupan kita sekarangini sudah sangat jauh dari hukum-hukum alam, yang digantikan oleh hukum-hukum buatan manusia sendiri yang sangat egoistis dan mengandung nilai hedonis yang sangat besar, sehingga kita pun merasakan betapa banyaknya bencana yang melanda diri kita. Etika hubungan kita yang humanis dengan tiga komponen relasional hidup kita sudah terabaikan begitu jauh, jadi  jangan harap hidup kita di masa mendatang akan tetap lestari dan berlangsuung harmonis dengan alam.
Makalah ini kami susun berdasarkan Tugas Mata Kuliah Teori sosiologi klsik dan modern, dengan pembahasan Perspektif posistivistis comte tentang masyarakat”.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Positivisme
2.      Seperti apa Hukum tiga tahap
3.      Bagaimana Hubungan antara tahap-tahap intelektual dan organisasi social
4.      Seperti apa Prinsip-prinsip keteraturan ssosial
5.      Seperti apa Agama humanitas

C.     Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah  ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai bagaimana manusia berpikir positivisme, baik di dalam sistem pembelajaran  Memberikan pemahaman tentang apa itu Positivisme, Seperti apa Hukum tiga tahap , Bagaimana Hubungan antara tahap-tahap intelektual dan organisasi social
Seperti apa Prinsip-prinsip keteraturan ssosial,dan Seperti apa Agama humanitas.




BAB II
PEMBAHASAN
A.     pengertian positivisme
Positivisme merupakan Aliran pemikiran yang membatasi pikiran pada segala hal yang dapat dibuktikan dengan pengamatan atau pada analisis definisi dan relasi antara istilah-istilah.
Positivisme (disebut juga sebagai empirisme logis, empirisme rasional, dan juga neo-positivisme) adalah sebuah filsafat yang berasal dari Lingkaran Wina pada tahun 1920-an. Positivisme Logis berpendapat bahwa filsafat harus mengikuti rigoritas yang sama dengan sains. Filsafat harus dapat memberikan kriteria yang ketat untuk menetapkan apakah sebuah pernyataan adalah benar, salah atau tidak memiliki arti sama sekali.
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisika. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris. Positivismemerupakan empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan.
B.     Hukum Tiga Tahap
Hukum tiga tahap merupakan usaha Comte untuk menjelaskan kemajuan efolusioner ummat manusia dari masa primitive sampai keperadapan prancis abab ke-19 yang sangat maju. Hukum ini mungkin yang paling terkenal  dari gagasan teoritis Comte.
a.       Tahap teologis merupakan priode yang paling lama dalm sejarah manusia.
b.      Tahap meta fisik merupakan tahap transisi antara  tahap teologis dan fositif tahap ini ditandai oleh suatu kepercayaan akan hokum-hukum alam yang asasi yang dapat ditemukan akal budi.      
c.       Tahap positif ditandai oleh kepercayaan akan data empiris sebagai sumber pengetahuan terakhir.

C.     Hubungan antara tahap-tahap intelektual dan organisasi social.
Dalam melengkapi penelusuran akan perkembanbgan intelektual manusia.Comte mau memperlihatkan symbangan masinh-masing tahap tehadap atau dalam hubungannya dengan kehidupan social.
Selain sumbangan tahap-tahap sebelumnya terhadap evolusi social.masing masing tahap juga memiliki hubungan afinitas yang khas dengan jenis  organisasi social dimana cara berpikir itu dominan.Dengan kata lain,dalam setiap tahap itu,pola organisasi social yang dominan mencerminbkan pengaruh kepercayaan masing-masing serta gaya intelektualnya.khususnya Comte merasa bahwa tahap teologis mendukung tipe organisasi social militer,sedangkan tahap social yang terakhir mendukung tipe keteraturan social yang bersifat industrial.Tahap meta fisik peralihan berhubungan dengan dominasi social dari “ahli hokum”,istilah Comte untuk menunjukkan mereka yang berusaha menarik doktrin-doktrin social dan politik darin pemahaman tentang hokum-hukum alam.
Argumentasi-argumentasi Comte untuk menjelaskan hubungan-hubungan secara terperinci menekankan bahwa dalam tahap teologis,dukungan dari otoritas relegius yang mengesahkan adalah perlu untuk menanamkan disiplin sosial yang perlu untuk kegiaatan militer.
Munbculnya suatu masyakat industry dirangsang oleh pertumbuhan filsafat dan ilmu pengetahuan positif,dan pada giliranya merangsang pertumbuhan ilmu selanjutnya.Pengetahuaan ilmiah merupakan dasar kemajuan teknologi yang memungkinkan perkembangan industri.Selain itu mentalitas positif dan mentalitas industry bukan sesuatu yang bbersifat dogmatis,melainkan suatu hal yang dapat diuji dan terus menerus mengusahakan kemajuan manusia. Pergantian dari dominasi militer ke dominasi industry tidak lain berarti bahwa masyarakat-masyarakat membelokan perhatian, dari mengeploitasi masyarakat lainnya ke mengeploitasi alam. Sumbangan yang berarti secara sosial dari priode mata fisik adalah dukungan ideologinya terhadap munculnya Negara – bangsa.
Selama periode tiologis keluarga merupakan satuan sosial yang dominan (meskipun ada kelompok-kelompok yang lebih besar yang di dirikan untuk kegiatan militer atau sebagai hasil dari penguasaan dari militer). Dalam periode meta fisik Negara/ bangsa menjadi suatu organisasi yang dominan. Comte optimis bahwa dengan munculnya tahap positif, nasionalisme akan di gantikan dengan keteraturan sosial yang meliputih komunitas seluruhnya.
Comte mengakui bahwa perubahan dari satu tahap ke tahap lainnya tidak pernah terjadi secara tiba-tiba, sehingga memperlihatkan suatu garis pemisah yang jelas dengan yang sebelumnya, serta memperlihatkan suatu awal tahap yang baru sama sekali. Sebaiknya, dalam semua periode sejarah, semua ketiga cara berfikir itu sekaran ada dalam suatu derajat yang tinggi dalam suatu deraajat tertentu. Perbedaan antara tahap-tahap adalah dalam dominasih dari suatu bentuk atas dua lainnya secara relative.
Cepatnya perubahan dari suatu tahap intelektual ke yang berikutnya, berlainan dalam periode sejarah yang berbeda-beda. Beberapa periode di tandai dengan stabilitas yang agak tinggi, apabila consensus atas dasar kepercaayaan dan pandangan-pandagan adalah relative tinggi, dan organisasi sosial, struktur politik, cita-cita moral, dan kondisi materil memperlihatkan suatu tingkat salin ketergantungan harmonis yang tinggi. Sebaliknya periode-periode di mana perubahan yang lebih pesat dari suatu tahap (tahap kecil) ketahap berikutnya sedang terjadi, di tandai oleh kekacauan intelektual dan sosial. Makin besar kekacuan dalam masa peralihan dan makin lama berlangsungnya, makin menunjukkan terjadinya pergeseran dari suatu tahap revolusi ketahap berikutnya.
Meskipun hukum kemajuan menjamin evolusi jangka pangjang dari suatu tahap ketahap berikutnya, pelbagai faktor sekunder dapat mempercepat atau memperhambat perkembangan evolusi ini. Pertumbuhan penduduk misaalnya, dapat mempercepat prose itu, sebagiannya dengan meningkatkan pengaruh yang bertambah dari kehidupan intelektual dan moral, yang perlu untuk mengontrol individualistisme yang semakin bertambah, dan sebagaiannya yang dengan meransang meningkatnya pembagian pekerjaan. Proses evaaluasi dapat di hambat oleh dominasi filsafat kolot yang berkepanjangan,  yang merupakan akibat dari usaha-usaha kelompok konservatif untuk mengatasi kekacau satu periode transisi dengan mengemukakan kembali tipe yang cocok dengan periode sebelumnya. Juga daapat di halangi oleh usaha juga dapat dihalangi oleh usaaha untuk mengedakan perubahan yang demikian yang redikalnya sehingga mereka menghancurkan keteraturaan sosial yang mendasar yang perlu umtuk kemaajuan intelektual atau sosial



D.   Prinsip-prinsip keraturan sosial
Sejalan dengaan perspektif organiknya, comte sangat menerimah saaling ketrgantungan yang harmonis antara ‘’bagian-bagian’, masyarakat, dan sumbangannya terhadap bertahannya stabilitas sosial. Meskipun keteraturan sosial dapat terancam oleh anariki sosial, moral dan intelektual, selalu akan di perkuat kembali. Sesungguhnya periode sejarah yang lama sudah di tandai oleh stabilitas yang berarti, dan sebaagian tugas comte, yang dia berikan sendiri, adalah menemukan stabilitas sumber-sumber ini.
Analisa comte mengenai keteraturan sosial dapat di bagi dalam dua fase pertama usaha untuk menjelaaskan keteraaturan sosial secara empiris dengan menggunakan metode positif . kedua usaha untuk meningkatkan keteraturan sosial sebagai suatu cita-cita yang normative dengan menggunakan metode-metode yang bukan tidak sesuai dengan positivisme tetapi yang menyangkut perasaan dan juga intelek.
Keteraturan sosial juga bergantung pada pembagian pekerjaan dan kerja sama ekonomi. Individu-individu menjalankan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan individunya. Tetapi, begitu pembagian pekerjaan muncul partisipasi individu dalam kegiatan ekonomi menghasilkan kerja sama, kesadaran akan saling ketergantungan dan muncul ikatan-ikatan sosial baru atas dasar itu. Pembagian pekerjaan meningkatkan bersama industrialisasi, daan bertambahnya spesialisasi yang berhubungaan dengan itu mengdorong individualisme. Sekaligus derajatsaaling ketergantungan juga bertambah. Jaadi keteraturan yang stabil dalam suatu masyarakat kompleks,berbeda dengan masyarat primitive yang berstruktur longgar dan berdiri sendiri, bersandar pada saling ketergantungan itu yang perkembangannya di bantu oleh pembagian pekerjaan yang sangat tinggi.
Di lain pihak ada bahaya bahwa individualisme yang meningkat karena pembagian kerja yang tinggi, akan sangat ditekankan dengan merugikan solidaritas sosial.
Comte mengemukakan bahwa pemerintaah merupakan suatu gejala sosial ilmiah yang dapat dirunut bentuk dasar sampai pada masyarakat-masyarakat primitive. Tetapi kekuasan pemerintah akan meluas, begitu masyarakat menjadi lebih kompleks karena bertambahnya pembagian kerja. Meluasnya pemerintahan ini perlu untuk mengimbangi individualisme yang sermakin bertambah yang muncul karena meningkatrnya pembagian kerja. Dalam anlisisnya mengandalkan pembagian kerja dan mengenai fungsi agama yang bersifat interogatif, comte mendahului beberapa sumbangan dari Durkheim.

E.     Agama humanis
Wawasan comte terhadap konsekuensi-konsekuensi agama yang mengungtungkan dan ramalannya mengenai tahap positif postreligius dalam evolusi manusia menghadapkan dia pada masalah rumit. Tidak seperti pemikir-pemikir radikal dan revolusional semasa dia, dan comte menekangkan pada keteraturan sosial.
Dengan sederhana comte mengemukakan gagasan untuk mengatasi masalah ini, dengan mendirikan satu agama baru agama humanis dan mengangkat dirinya sebagai imam agama. Ini aspek kedua dari perhatian comte mengenai keteraturan  sosial.
Agama humanis comte merupakan suatu gagasan utopis untuk mereorganisasi masyarakat secara sempurna.Sosiologi akan menjadi ratu ilmu pengetahuan.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
                              1.       Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisika. Positivisme merupakan empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan.
                              2.       Pada dasarnya positivisme adalah sebuah filsafat yang menyakini bahwa satu-satunya pengetahuan yang benar adalah yang didasarkan pada pengalaman aktualfisikal. Pengetahuan demikian hanya bisa dihasilkan melalui penetapan teori-teori melalui metode saintifik yang ketat, yang karenanya spekulasi metafisis dihindari. Positivisme, dalam pengertian di atas dan sebagai pendekatan telah dikenal sejak Yunani Kuno. Terminologi positivisme dicetuskan pada pertengahan abad ke-19 oleh salah satu pendiri ilmu sosiologi yaitu Auguste Comte. Comte percaya bahwa dalam alam pikiran manusia melewati tiga tahapan historis yaitu teologi, metadisik, dan ilmiah.
B.     Saran
Jadikanlah makalah ini sebagai media untuk memahami diantara sumber aliran filsafat modern yang biasa memberikan kekuasaan bagi adanya bahan-bahan yang bersifat pengalaman, jadikanlah makalah ini sebagai pedoman yang bersifat untuk menambah wawasan pengetahuan, jadikan acuan pemahaman yang lebih dalam sebagai wadah untuk menampung ilmu.




DAFTAR PUSTAKA
Bagus Lorenz, Kamus Filsafat  penerbit Gramedia Pustaka.
Barash, David P., Sociobiologi and behavior.New York: Elsevier, 1867
Andreski, stanislav, ed., The Essential Comte. New York: Barnes & Noble, 1974

Makalah latar belakann berdirinya muhammadiyah




BAB. I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG
Pembaharuan pemikiran dalam dunia Islam merupakan usaha para pemikir dan para ulama untuk memahami ajaran Islam yang sesungguhnya menurut Al-Qur’an dan Al-Hadist dengan mempergunakan segenap kemampuan yang  dianugerahkan Allah SWT. Usaha tersebut kemudian dikaitkan dengan berbagai perkembangan sosial dan budaya yang kini mulai berkembang.Hasil pemikiran tersebut, kemudian melahirkan berbagai gerakan pembaharuan yang merupakan pelaksanaan dari hasil pemahaman dan pemikirannya terhadap ajaran Islam Di Indonesia.  Mulai lahir beberapa organisasi atau gerakan islam, diantaranya adalalah Muhammadiyah yang lebih dari 30 tahun sebelum merdeka, dan organisasi lainnya yang bergerak di bidang politik, sosial dan pendidikan.
Organisasi ini lahir sebagai bentuk keprihatinan karena melihat kenyataan umat Islam di Indonesia yang menjalankan perintah-perintah Allah yang tidak bersumber dari Al-Quran dan tuntunan Rasulullah SAW.Dalam hal itu KH.Ahmad Dahlan menghendaki ingin mengajak umat Islam di Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan Al-Qur’an dan Al-Hadits.Jika dilihat dari amal usaha dan gerakan Muhammadiyah di bidang sosial kemasyarakatan, khususnya di bidang pendidikan dan dan kesehatan, maka Muhammadiyah merupakan organisasi sosial keagamaan yang terbesar di Indonesia. Dengan usaha Muhammadiyah yang terakhir itu, nilai-nilai ajaran Islam dapat dirasakan oleh masyarakat menjadi lebih dekat dan akrab dengan permasalahan kehidupan manusia sehari-hari.
B.     RUMUSAN MASALAH
dari latar  belakang yang menyebutkan bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi terbesar di Indonesia maka kita ingin mendalami tentang arti dari muhammadiyah itu sendiri, dan faktor yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyahsehingga sampai saat ini masih bisa tetap terjaga sebagai organisasi sosial kemasyarakatan yang terbesar di Indonesia.
C.     TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ujian tengah semester yang diberikan oleh dosen pembina mata kuliah kemuhammadiyahan. Selain itu penulis juga ingin mendalami dan mengerti tentang arti dari muhammadiyah itu sendiri, dan faktor yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyahsehingga sampai saat ini masih bisa tetap terjaga sebagai organisasi sosial kemasyarakatan yang terbesar di Indonesia.



BAB. II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN MUHAMMADIYAH
(Menurut Wikipedia, da’wah amar ma’ruf nahi munkar adalah Sebuah frasa dalam bahasa arab yang maksudnya sebuah perintah untuk mengajak atau menganjurkan hal-hal yang baik dengan mencegah hal-hal yank buruk bagi masyarakat) dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.Muhammadiyah berpandangan bahwa Agama Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu’amalat dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan dalam kehidupan perseorangan maupun kolektif. Adapun pengertian muhammadiyah menurut estimologis (bahasa), terminologis(istilah),dan menurut H. Djarnawi Hadikusuma.
·         Arti estimologis (bahasa)
Muhammadiyah berasal dari kata bahasa arab "Muhammad" yaitu nama nabi atau Rasul yang terakhir. Kemudian mendapatkan "ya nisbiyah "yang artinya menjeniskan.Jadi Muhammadiyah berarti umatnya Muhammad atau pengikut Muhammad.Yaitu semua orang yang meyakini bahwa Muhammad adalah hamba dan pesuruh Allah yang terakhir.Dengan demikian siapapun yang beragama Islam maka dia adalah orang Muhammadiyah, tanpa dilihat atau dibatasi oleh perbedaan Organisasi, golongan bangsa, geografis, etnis, dan sebagainya.
·         Arti Terminologis (istilah)
Muhammadiyah merupakan sebuah gerakan Islam, Dakwah Amar Makruf Nahi Munkar, berdasarkan asas Islam yang bersumber dari Al Qur’an dan As Sunah yang didirikan oleh Muhammad Darwis atau lebih dikenal dengan nama K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H, bertepatan pada tanggal 18 November 1912 M di Kampung Kauman Yogyakarta.
·           Penisbahan nama muhammadiyah tersebut menurut H. Djarnawi Hadikusuma mengandung pengertian sebagai berikut: ”Dengan nama itu dia bermaksud untuk menjelaskan bahwa pendukung organisasi itu ialah umat Muhammad, dan asasnya adalah ajaran Nabi Muhammad saw, yaitu Islam. Dan tujuannya ialah memahami dan melaksanakan agama Islam sebagai yang memang ajaran yang serta dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, agar supaya dapat menjalani kehidupan dunia sepanjang kemauan agama Islam. Dengan demikian

     ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat memberi nafas bagi kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.”
B.            LATAR BELAKANG BERDIRINYA MUHAMMADIYAH
Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18 November 1912 M) merupakan momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Itulah kelahiran sebuah gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia, yang melakukan pembaruan Islam di negeri berpenduduk terbesar muslim di dunia. Sebuah gerakan yang didirikan oleh seorang kyai alim, cerdas, dan berjiwa pembaru, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis dari kota santri Kauman Yogyakarta. “Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh kerabat sekaligus sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta, yang kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah melalui shalat istikharah.
(Darban, 2000: 34).
Setelah Kyai Dahlan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada tahun 1903, Kyai Dahlan mulai menyebarkan pembaharuan islam di Tanah Air. Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang, juga setelah membaca pemikiran-pemikiran para pembaru Islam seperti IbnTaimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dengan modal kecerdasan dirinya serta interaksi selama bermukim di Saudi Arabia dan bacaan atas karya-karya para pembaru pemikiran Islam itu telah menanamkan benih ide-ide pembaruan dalam diri Kyai Dahlan.Jadi sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Dahlan justru membawa ide dan gerakan pembaruan.
Ketika berbicara muhammadiyah dengan berlandaskan pada tafsir QS. Al-Imrann ayat 104 “ dan hendaklah ada golongan diantara kamu menyeruh kepada yang ma’ruff dan mencegah dariyang mungkar...” bahwa golongan umat yang dikatakan beruntung adalah yang mau untuk menyeruh kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran. Yang memang pada masa itu, keadaan kaum yogyakarta yang mayoritas masih di dominasi oleh kaum abangan
 sehinggga kegiatan pribadatan masih tercampur oleh budaya-budaya hindu-budha yang menjadikan agama islam tidak murni lagi. Pada masa itu kaum muslim khususnya di yogyakarta walaupun beragama islam tapi masih tercampur dengan animisme dan dinamisme.  Hal ini terlihat dengan adanya sesajen, ruwutan, dll yang dalam muhammadiyah dikenal dengan istilah penyakit TBC ( tahayul, bid’ah, khurofat). Dari semangat  berjuang inilah kemudian muncul rumusan untuk mendirikan organisasi kemasyarakkatan. Pada awal berdirinya masih mencakup ruang lingkup yang kecil yaitu sekitar kerisidenan yogyakarta, tetapi kemudian meluas dan berkembang hingga seluruh indonesia bahkan sampai keluar negri. Dengan tujuan menciptakan masyarakat  islam yang sebenar benarnya, artinya adalah masyarakat islam yang sesuai dengan sunnah dan Al’Qur’an tidak lebih dan tidak kurang. Yang harapanya akan terwujud masyarakat islam yang adil, makmur dan sejahtera.
Ada dua faktor yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah, yang pertama faktor subjektif dan yang kedua faktor objektif. Faktor objektif dapat di lihat secara internal dan ekternal, penjelasannya sebagai berikut :
1.      Faktor subjektif yaitu hasil pemikiranIslam Ahmad Dahlan.
Bersifat subyek, ialah pelakunya sendiri. Dan ini merupakan faktor sentral, sedangkan faktor yang lain hanya menjadi penunjang saja. Yang dimaksudkan disini ialah, kalau mau mendirikan Muhammadiyahmaka harus dimulai dari orangnya sendiri. Kalau tidak, maka Muhammadiyah bisa dibawa kemana saja.
Lahirnya Muhammadiyah tidak dapat dipisahkan dengan Kiyai Haji ahmad Dahlan, tokoh kontroversial pada zamannya. Ia dilahirka tahun 1868 dan wafat tahun 1923 m, dimakamkan di pemakaman Karangkajen Yogyakarta, berarti meninggal dalam usia relative muda. Sudah sejak kanak-kanak beliau diberikan pelajaran dan pendidikan agama oleh orang tuanya, oleh para guru (ulama) yang ada dalam masyarakat lingkungannya. Ini menunjukkan rasa keagaman KH Ahamad Dahlan, tidak hanya berdasarkan naluri, melainkan juga melalui ilmu-ilmu yang diajarkan kepadanya.
         Dikala mudanya, beliau terkenal memiliki pikiran yang cerdas dan bebas serta memiliki akal budi yang bersih dan baik. Pendidikan agama yang diterimanya dipilih secara selektif. Tidak hanya itu, tetapi sesudah dipikirkan, dibawa dalam perenungan-perenungan, dan ingin dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Disinilah yang menentukan Ahamd Dahlan sebagai subjek yang akan nantinya mendorong sehingga berdirinya suatu gerakan dakwa Muhammadiyah.
Namun faham dan keyakinan agamanya barulah menemukan wujud dan bentuknya yan mantap sesudah menunaikan ibadah hajinya yang kedua (1902 M) dan sempat bermukuim beberapa tahun di tanah suci. Waktu itu beliau sudah mampu dan berkesempatan membaca ataupun mengkaji kitab-kitab yang disusun oleh alim ulama yang mempunyai aliran hendak kembali kepada al-Quran dan As- Sunnah dengan menggunakan akal yang cerdas dan bebas. Faham dan keyakinan agama yang dilengkapi dengan penghayatan dan pengalaman agamanya inilah yang mendorong kelahiran Muhammadiyah.

2.      Faktor objektif
Faktor objektif yang pertama secara internal, yaitu terdapat ketidak murnian amalan islam akibat tidak dijadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai rujukan.
·    Realitas sosio agama di Indonesia.
Kondisi masyarakat yang masih sangat kental dengan kebudayaan Hindu dan Budha, memunculkan kepercayaan dan praktik ibadah yang menyimpang dari Islam.Kepercayaan dan praktik ibadah tersebut dikenal dengan sitilah Bid’ah dan Khurafat.Khurafat adalah kepercayaan tanpa pedoman yang sah menurut Al-Qur’an dan Al-Hadits, hanya ikut-ikutan orang tua atau nenek moyang mereka.Sedangkan bid’ah adalah bentuk ibadah yang dilakukan tanpa dasar pedoman yang jelas, melainkan hanya ikut-ikutan orangtua atau nenek moyang saja.
Melihat realitas sosio-agama ini mendorong Ahmad Dahlan untuk mendirikan Muhammadiyah. Namun, gerakan pemurniannya dalam arti pemurnian ajaran Islam dari bid’ah dan khurafat baru dilakukan pada tahun 1916.Dalam konteks sosio-agama ini, Muhammadiyah merupakan gerakan pemurnian yang menginginkan pembersihan Islam dari semua sinkretisme dan praktik ibadah yang terlebih tanpa dasar akaran Islam (Takhayul, Bid’ah, Khurafat).
·   Realitas sosio pendidikan di Indonesia
Ahmad dahlan mengetahui bahwa pendidikan di Indonesia terpecah menjadi dua yaitu pendidikan pesantren yang hanya mengajarkan ajaran-ajaran agama dan pendidikan barat yang sekuler.Kondisi ini menjadi jurang pemisah antara golongan yang mendapat pendidikan agama dengan golongan yang mendapatkan pendidikan sekuler.Kesenjangan ini termanifestasi dalam bentuk berbusana, berbicara, hidup dan berpikir.Ahmad Dahlan mengkaji secara mendalam dua sistem pendidikan yang sangat kontras ini.
         Dualisme sistem pendidikan diatas membuat prihatin Ahmad Dahlan, oleh karena itu cita-cita pendidikan Ahmad Dahlan ialah melahirkan manusia yang berpandangan luas dan memiliki pengetahuan umum, sekaligus yang bersedia untuk kemajuan masyarakatnya.Cita-cita ini dilakukan dengan mendirikan lembaga pendidikan dengan kurikulum yang menggabungkan antara Imtak dan Iptek.

       Faktor objektif yang kedua secara ekternal, yaitu disebabkan politik kolonialisme dan imperialisme Belanda yang menimbulkan perpecahan di kalangan bangsa Indonesia.
1)      Periode Pertama (periode sebelum Snouck Hurgronje)
· Belanda berprinsip agar penduduk Indonesia yang beragama Islam tidak     memberontak.
·     Menerapkan dua strategi yaitu membuat kebijakan-kebijakan yang sifatnya membendung dan melakukan kristenisasi bagi penduduk Indonesia.
·   Dalam  pelarangan  pengalaman ajaran  islam, Belanda  membatasi masalah ibadah haji dengan berbagai aturan tetapi pelarangan ini justru kontraproduktif  bagi  Belanda karena menjadi sumber  pemicu perlawanan terhadap Belanda sebagai penjajah karena menghalangi kesempurnaan islam seseorang.
2)      Periode Kedua (periode setelah Snouck Hurgronje menjadi penasihat Belanda   untuk urusan pribumi di Indonesia)
·   Dalam hal ini,tidak semua kegiatan pengamalan Islam dihalangi bahkan dalam hal tertentu didukung. Kebijakan didasarkan atas pengalaman Snouck berkunjung ke Makkah dengan menyamar sebagai seorang muslim bernama Abdul Ghaffar.
·     Kebijakan Snouck didasarkan tiga prinsip utama,yaitu: Pertama rakyat indonesia dibebaskan dalam menjalankan semua masalah ritual keagamaan seperti ibadah, Kedua pemerintah berupaya mempertahankan dan menghormati keberadaan lembaga-lembaga sosial atau aspek mu’amalah dalam islam, Ketiga pemerintah tidak menoleransi kegiatan apapun yang dilakukan kaum muslimin yang dapat menyebarkan seruan-seruan Pan-Islamisme atau menyebabkan perlawanan politik atau bersenjata menentang pemerintah kolonial Belanda.

Adapun faktor-faktor lain yang menjadi pendorong lahirnya Muhammadiyah ialah antara lain:
1. Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi, sehingga menyebabkan merajalelanya syirik, bid’ah, dan khurafat, yang mengakibatkan umat Islam tidak merupakan golongan yang terhormat dalam masyarakat, demikian pula agama Islam tidak memancarkan sinar kemurniannya lagi.
2.  Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari tidak tegaknya ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat.
3.  Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memprodusir kader-kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman
4. Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta serta berpikir secara dogmatis, berada dalam konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme.
5. dan Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan pengaruh agama Islam, serta berhubung dengan kegiatan misi dan zending Kristen di Indonesia yang semakin menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat.
Visi Muhammadiyah adalah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqamah dan aktif dalam melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar di segala bidang, sehingga menjadi rahmatan li al-‘alamin bagi umat, bangsa dan dunia kemanusiaan menuju terciptanya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang diridhai Allah swt dalam kehidupan di dunia ini.
Misi Muhammadiyah adalah:
1.     Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah swt yang dibawaoleh Rasulullah yang disyariatkan sejak Nabi Nuh hingga Nabi Muhammad saw.
2.     Memahami agama dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan yang bersifat duniawi.
3.     Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an sebagai kitab Allah yang terakhir untuk umat manusia sebagai penjelasannya.
4.     Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Lihat Tanfidz Keputusan Musyawarah Wilayah ke-39 Muhammadiyah Sumatera Barat tahun 2005 di Kota Sawahlunto


BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
          Muhammad Darwis  lebih dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan menuntut ilmu di kota suci Makkah, dan hasil dari pendidikannya itu kemudian beliau membentuk sebuah wadah perubahan untuk kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah Rasullullah sesuai dengan arti Muhammadiyah yaitu pengikut Nabi Muhammad SAW. Dari terbentuknya Muhammadiyah di kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H yang bertepatan pada 18 November 1912 M dan tersebarluas hampir seluruh Indonesia sehingga menjadi organisasi besar sampai dengan sekarang tidak lepas dari buah pikiran K.H. Ahmad Dahlan.
         Ada dua faktor yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah yaitu faktor intern (dalam pribadi Ahmad Dahlan sendiri) dan ekstern (aspek sosial,keagamaan,pendidikan,dan politik bangsa).

B.     SARAN
Dari kesimpulan di atas,dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :
1.    Sebagai warga umat Islam Muhammadiyah, kita harus mempertahankan dan meneruskan perjuangan Ahmad Dahlan dari segala bentuk yang dapat menghancurkan agama Islam.
2.     Sebagai umat Islam yang beriman dan bertaqwa pada-Nya, kita tidak seharusnya melakukan hal-hal yang dilarang Islam seperti tahayul, bid’ah, khurofat .Kita harus menjalankan dan mengamalkan seperti apa yang diajarkan dalam al quran dan al hadist.
3.     Sebagai umat Islam yang berilmu, kita harus memperdalam ilmu dalam segala bidang seperti IPTEK dan ilmu yang lainnya tanpa membedakan, dengan syarat kita tahu apa yang kita pelajari sesuai dengan ajaran Islam.
4.     Untuk menjaga agama Islam dari pemusnahan orang-orang kafir, kita sebagai umat Islam harus bersatu melindungi agama Islam.

                


KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puja dan Puji hanya layak tercurahkan kepada Allah SWT. , karena atas limpahan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam. Manusia istimewa yang seluruh perilakunya layak untuk diteladani, yang seluruh ucapannya adalah kebenaran, yang seluruh getar hatinya kebaikan. Sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
, Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah AIK. Semoga ilmunya berkah dan menjadi aliran amal hingga kelak di Barzakh.
Penulis menyimpulkan makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan makalah ini dan bermanfaat bagi Penulis dan pembaca pada umumnya.




Makassar,5 Mei 2015
   Penulis kelompok 8


DAFTAR PUSTAKA

isnaeni.mhs.unimus.ac.id/.../20/latar-belakang-berdirinya-muhammadiyah 
www.muhammadiyah.or.id/content-44-det-tentang-muhammadiyah.html  
nonowarsonostain.blogspot.com/2009/11/muhammadiyah.html 
www.muhammadiyah.or.id/content-44-det-tentang-muhammadiyah.html  



                  



MAKALAH
LATAR BELAKAN BERDIRINYA MUHAMMADIYAH

                                     

    DISUSUN OLEH :
1. ABD BASIR S
 2. saiful

FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN  AGRIBISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH  MAKASSAR
TAHUN 2015

makalah sosiologi dengan pembahasan “Perspektif posistivistis comte tentang masyarakat”.

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Kehidupan kita sekarangini sudah sangat jauh dari hukum-hukum alam, yang digantikan oleh ...