LAPORAN
IDENTIFIKASI PERBEDAAN
PERLAKUAN PENANGANAN PASCA PANEN DI PASAR TRADISIONAL DAN MODEREN
Oleh:
ABD. BASIR S
105960178614
5.F

JURUSAN
AGRIBISNIS
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan ini. Dalam laporan ini
kami akan mencoba menguraikan tentang
yang muda mudan dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis sendiri
Semoga laporan ini dapat membantu kita semua untuk mengerti tentang keadan pemasaran pasar tradisional. Meskipun
demikian, kami menyadari akan kelemahan dan kekurangnnya. Oleh sebab itu,
segala kritik dan saran yang membangun akan diterima dengan ucapan terima kasih
demi perbaikan laporan ini.
Penyusun
ABDBASIR
S
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Produk
hortikultura merupakan produk yang mudah rusak sehingga butuh penanganan khusus
pada tahapan pasca panen. Sementara itu, penanganan pasca panen buah dan
sayuran seperti Indonesia belum mendapat perhatian yang cukup. Penyebab paling
umum dan berkelanjutan dari susut pasca panen pada produk hortikultura di
negara-negara berkembang adalah adanya penanganan yang kasar dan pendinginan
serta suhu untuk mempertahankan suhu dingin masih belum mencukupi.
Buah dan sayuran merupakan
komoditas yang mudah sekali mengalami kerusakan setelah
pemanenan, baik kerusakan secara fisik, mekanis, maupun kerusakan
mikrobiologis. Kerusakan tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kesegaran
buah markisa sampai di tangan konsumen, sedangkan konsumen menginginkan buah
markisa diperolehnya dalam keadaan segar. Kerusakan-kerusakan tersebut selain
berakibat menurunnya mutu fisik, juga menyebabkan penurunan nilai gizi.
Penanganan pasca panen (postharvest) sering disebut
juga sebagai pengolahan primer (primary processing) merupakan istilah yang
digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat
dikonsumsi “segar” atau untuk persiapan pengolahan berikutnya. Umumnya
perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk penampilan atau penampakan,kedalamnya
termasuk berbagai aspek dari pemasaran dan distribusi. Pengolahan (secondary
processing) merupakan tindakan yang mengubah hasil tanaman ke kondisi lain atau
bentuk lain dengan tujuan dapat tahan lebih lama (pengawetan), mencegah
perubahan yang tidak dikehendaki atau untuk penggunaan lain.
Kedalamnya termasuk pengolahan pangan dan pengolahan industri.
Buah-buahan pada umumnya mempunyai musim dan
penyebaran tertentu, sehingga penanganan untuk memperpanjang masa simpan buah
sangat diperlukan. Usaha ini bertujuan untuk menjaga agar setelah tiba di
tangan konsumen, selain mutu kesegarannya masih baik, kandungan vitamin dan
nilai gizi lainnya masih tinggi. Perubahan mutu selama proses penyimpanan
terjadi karena buah-buahan dan sayuran masih melakukan respirasi, dimana selama
proses respirasi tersebut produk mengalami pematangan dan kemudian diikuti
dengan proses pembusukkan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan praktikum
kunjungan analisis pasar tadisional dan pasar modern (Mall) untuk mengetahui perbedaaan
dari 15 komodity upaya yang dilakukan untuk menekan kehilangan hasil baik kuantitas maupun
kualitasnya melalui penanganan
pascapanen.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana
penanganan atau pegelolaan pasca panen
bah dan sayur ?
1.2.2 Bagaimana teknik
yang digunakan dalam penanganan atau pengelolaan pasca panen buah dan sayur?
1.3 Tujuan
1.3.1
Mengetahui penanganan atau pengelolahan
pasca panen bah dan sayur
1.3.2
Mengetahui teknik yang di lakukan dalam
penanganan atau pengelolaan pasca buah dan
panaen
BAB 11. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Teknologi penanganan pasca panen
Penanganan buah dan sayur dilakukan untuk tujuan penyimpanan, transportasi dan kemudian
pemasaran agar tidak terjadi kerusakan pada sayur. Langkah yang harus dilakukan
dalam penanganan sayur setelah dipanen meliputi pemilihan (sorting),
pemisahan berdasarkan umuran (sizing), pemilihan berdasarkan mutu (grading),
dan pengepakan (packing). Namun demikian, untuk beberapa komoditi atau
jenis sayur tertentu memerlukan tambahan penanganan seperti pencucian,
penggunaan bahan kimia, pelapisan (coating-waxing), dan pendinginan awal
(pre-cooling), serta pengikatan (bunching), pemotongan
bagian-bagian yang tidak penting (trimming). ( Santoso: ----)
1.
Pendinginan Awal (Pre-Cooling)
Usaha menghilangkan panas
lapang pada buah dan sayur akibat pemanenan di siang hari disebut pre-cooling
atau pendinginan awal. Seperti diketahui suhu tinggi pada sayur yang
diterima saat pemanenan akan merusak
buah dan sayur selama didinginkan. Dalam satu wadah dapat terdiri hanya
satu sayur atau terdiri dari banyak sayur. penyimpanan sehingga menurunkan
kualitas. Makin cepat membuang panas di lapang, makin baik kemungkinan menjaga
kualitas komoditi selama disimpan.
Pre-cooling dimaksudkan untuk memperlambat respirasi,
menurunkan kepekaan terhadap serangan mikroba, mengurangi jumlah air yang
hilang melalui transpirasi, dan memudahkan pemindahan ke dalam ruang
penyimpanan dingin bila sistim ini digunakan. Pendinginan awal dapat dilakukan
dengan berbagai cara, namun umumnya dengan prinsip yang sama, yaitu memindahkan
dengan cepat panas dari komoditi ke suatu media pendingin, seperti udara, air
atau es. Waktu yang diperlukan sangat bervariasi, 30 menit atau kurang, tetapi
mungkin pula lebih dari 24 jam. Perbedaan suhu antara media pendingin (coolant)
dengan komoditi sayur harus segera dikurangi agar proses pre-cooling efektif.
Penurunan atau pre cooling dapat dilakukan dengan menggunakan udara
dingin pada teknik Air Cooling, air yang diberikan es batu pada teknik Water/Hydro
Cooling, atau sistim vakum pada teknik Vacuum Cooling.
2. Pencucian
(washing)
Pencucian dilakukan pada buah dan sayuran daun yang tumbuh dekat tanah untuk membersihkan kotoran yang
menempel dan memberi kesegaran. Selain itu dengan pencucian juga dapat
mengurangi residu pestisida dan hama penyakit yang terbawa. Pencucian
disarankan menggunakan air yang bersih, penggunaan desinfektan pada air
pencuci sangat dianjurkan. Selain itu pencucian dapat dilakukan dengan
menggunaan air, sikat, maupun detergen (NaOH 0.35%) dan klorin urang dari 50
ppm (Baliwati,dkk : 2004). Kentang dan ubi jalar tidak disarankan untuk dicuci.
Pada mentimun pencucian berakibat buah tidak tahan simpan, karena lapisan lilin
pada permukaan buah ikut tercuci.
3. Pemilihan
(Sorting)
Setelah pencucian dengan
menggunakan air yang diberikan clorin, maka proses selanjutnya adalah
pemilahan. Pemilahan terhadap
buah dan sayur dilakukan untuk memisahkan sayur-sayur yang berbeda tingkat
kematangan, berbeda bentuk (mallformation), dan juga berbeda warna
maupun tanda-tanda lainnya yang merugikan (cacat) seperti luka, lecet, dan
adanya infeksi penyakit maupun luka akibat hama.
4. Pemisahan
Berdasarkan Umuran (Sizing)
Pengukuran buah dan sayur dimaksudkan untuk
memilah-milah sayur berdasarkan ukuran, berat atau dimensi terhadap sayur-sayur
yang telah dipilih (proses di atas – sorting). Proses pengukuran sayur
dapat dilakukan secara manual maupun mekanik.
5. Pemilihan
Berdasarkan Mutu (Grading)
Pada tahapan ini,buah dan sayur dipilah-pilah berdasarkan tingkatan kualitas pasar (grade).
Tingkatan kualitas dimaksud adalah kualitas yang telah ditetapkan sebagai
patokan penilaian ataupun ditetapkan sendiri oleh produsen. Pemilihan kualitas
sayuran dapat berdasarkan ukuran, bentuk, kondisi, dan tingkat kemasakan.
Tahapan ini tentunya sangat penting bagi sayuran yang ditujukan untuk pasar segar.
Namun tahapan ini tidak perlu dilakukan bilamana sayuran ditujukan untuk proses
pengolahan.
6. Trimming,
Waxing, Coating, dan Curing
Trimming diartikan sebagai pemotongan bagian-bagian sayur
yang tidak dikehendaki karena mengganggu penampilannya. Bagian yang dipotong
tersebut biasanya perakaran maupun daun-daun tua maupun mongering seperti pada
lobak, wortel, bayam, seledri, dan selada. Sedangkan curing merupakan
tindakan penyembuhan luka pada komoditi panenan. Luka dapat disebabkan karena
pemotongan maupun luka goresan dan benturan saat panen. Curing sering
diterapkan pada sayuran seperti bawang-bawangan dan kentang, yaitu dengan cara
membiarkan komoditi terkena sinar matahari sejenak setelah panen atau dengan
perlakuan pemanasan dengan menggunakan uap secara terkendali.
Waxing atau coating merupakan pelapisan
permukaan sayuran agar menambah baik penampilannya. Pelapisan dimaksudkan untuk
melapisi permukaan sayur dengan bahan yang dapat menekan laju respirasi maupun
menekan laju transpirasi sayur selama penyimpanan atau pemasaran. Pelapisan
juga bertujuan untuk menambah perlindungan bagi sayur terhadap pengaruh luar.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pelapisan dapat memperpanjang masa simpan
dan menjaga produk segar dari kerusakan seperti pada tomat, timun, cabe besar,
dan terong. Pelilinan (waxing) merupakan salah satu pelapisan pada sayur
untuk menambah lapisan lilin alami yang biasanya hilang saat pencucian, dan
juga untuk menambah kilap buah dan sayur. Keuntungan lain pelilinan adalah menutup
luka yang ada pada permukaan sayuran.
Pelilinan atau pelapisan
digunakan untuk memperpanjang masa segar komoditi sayur atau memperpanjang daya
tahan simpan sayur bilamana fasilitas pendinginan (ruang simpan dingin) tidak
tersedia. Namun perlu diingat bahwa tidak semua komoditi sayur memiliki respon
yang baik terhadap pelilinan. Faktor kritis pelilinan sayur adalah tingkat
ketebalan lapisan lilin. Terlalu tipis lapisan lilin yang terbentuk di
permukaan sayur membuat pelilinan tidak efektif, namun bila pelapisan terlalu
tebal akan menyebabkan kebusukan sayur. Beberapa macam lilin yang digunakan
dalam upaya memperpanjang masa simpan dan kesegaran sayur adalah lilin tebu (sugarcane
wax) lilin karnauba (carnauba wax), lilin lebah madu (bees wax)
dan sebagainya. Lilin komersial siap pakai yang dapat dan sering digunakan para
produsen sayur adalah lilin dengan nama dagang Brogdex-Britex Wax. Salah
satu jenis pelapis lainnya yang dikembangkan selain pelapis lilin adalah
khitosan, yaitu polisakarida yang berasal dari limbah kulit udang-udangan (Crustaceae),
kepiting dan rajungan (Crab). Teknik aplikasi atau penggunaan lilin
atau pelapisan pada sayur dapat dengan menggunakan teknik pencelupan sayur
dalam larutan (dipping), pembusaan (foaming), penyemprotan (spraying),
dan pengolesan atau penyikatan (brushing). Tentunya jenis sayur yang
berbeda memerlukan teknik pelilinan yang berbeda.
7.
Pengepakan (Packing)
Pengepakan buah dan sayur untuk konsumen sering dilakukan dengan membungkus sayur dengan
plastik ataupun bahan lain yang kemudian dimasukkan ke dalam wadah (kontainer)
yang lebih besar. Bahan pembungkus lainnya dapat berupa bahan pulp maupun
kertas. Sayur-sayur dalam wadah disesuaikan dengan kualitas yang di sayur-sayur
tersebut diatur peletakannya secara rapi sehingga kemungkinan berbenturan satu
sama lainnya tidak terjadi. Sedangkan bahan wadah yang dapat digunakan dapat
berupa kertas kanton (dalam berbagai tipe dan jenis), peti kayu, ataupun
plastik.
Pada buah dan sayur yang ditujukan untuk para konsumen, pengepakan sering dilakukan
dengan membungkus sayur dengan plastik ataupun bahan lain yang kemudian
dimasukkan ke dalam wadah (kontainer) yang lebih besar. Bahan pembungkus
lainnya dapat berupa bahan pulp, polyethilen maupun kertas.
Kemudian dimasukkan dalam suatu wadah. Dalam satu wadah dapat terdiri hanya
satu sayur atau terdiri dari banyak sayur. Bahan wadah yang digunakan dapat
berupa kertas kanton (dalam berbagai tipe dan jenis), peti kayu, ataupun
plastik.
Faktor penting dalam
pengepakan yang perlu diperhatikan adalah bahwa bahan pembungkus setidaknya
memiliki permeabilitas terhadap keluar masuknya oksigen dan karbondioksida.
Seringkali atmosfir dalam ruang pak yang menggunakan plastic tercapai
kestabilan udara yang cukup terkendali. Pada kondisi tersebut biasanya
kandungan oksigen rendah sedangkan karbondioksidanya lebih tinggi baik terhadap
oksigen maupun udara di luar pak (dos). Tekanan uap air relative stabil
sehingga menguntungkan untuk mempertahankan kualitas sayur dalam simpanan. Bahan
pak (dos) luar yang akan menampung beberapa dos berukuran kecil sering disebut
sebakai MasterContainer. Bahan dos tersebut dapat berupa karton maupun
kayu, yang penting memiliki sifat tahan kerusakan akibat air, gesekan, tumpukan
dan tidak goyah, tidak berat.
2.2
Komoditi jeruk
Aktivitas panen dan penanganan seperti teknik
pemanenan yang kurang tepat, sortasi yang tidak baik, pengemasan dan
pengepakan, pengangkutan dan penyimpanan yang kurang diperhatikan serta adanya
serangan hama dan penyakit dapat menyebabkan kerusakan buah jeruk,
(Tjitrosoepomo.1985).
Menurut Tjitrosoepomo (1985), Adapun tujuan dari
adanya kegiatan pasca paen ialah sebagai berikut; Mengurangi susut (jumlah dan
mutu) pada tiap rantai penanganan. Mempertahankan mutu
(yang diinginkan konsumen). Memperpanjang masa simpan (shelf life) sehingga
dapat meningkatkan ketersediaan/pasokan di lokasi manapun dan sepanjang waktu.
Mencegah kerusakan fisiologis dan mikrobiologis.
Untuk mencapai tujuan penanganan pasca panen, maka
diperlukan; Pemahaman akan karakteristik pascapanen produk hortikultura
(biological factor). Pemahaman akan interaksi produk dengan lingkungan
(environmental factor). Pemahaman dan penerapan teknik pascapanen yang layak
teknis, ekonomis dan sosial.
2.3 Komoditi Apel
Apel (Pyrus malus L) adalah tanaman yang berasal dari daerah subtropis. Kemudian tanaman ini
mulai di budidayakan ke daerah tropik. Buah apel lebih tahan lama daripada
buah-buahan lainnya. Buah apel yang telah disimpan memiliki rasa yang enak,
daripada pada saat dipetik. Buah apel setelah dipetik tetap mengalami
pernafasan dan penguapan, maka apabila dibiarkan buah akan masak, kelewat
masak, dan akan membusuk. Buah apel yang disimpan di dalam kamar pendingin
dapat tetap segar selama 4 – 7 bulan. Pada suhu 32 – 33 (0 sampai 6).
Buah apel tidak boleh disimpan bersama-sama dengan bahan-bahan
lain yang mempunyai aroma kuat,
misalnya bawang, minyak tanah, dan
sebagainya, karena buah apel dapat
mengabsorbsi bau, (Fitriah.2012).
Pada buah apel ada beberapa karakter yang dapat
dinilai seperti, Nilai fisiknya yaitu Kekerasan, berat jenis, dan mudahnya
lepas dari tangkainya, Nilai visualnya yaitu Warna kulit dan ukuran, Analisis
Kimianya yaitu Kadar vitamin, Kadar pati dan asam, Metode fisiologi yaitu
Respirasi, dan Kandungan dari buah apel antara
lain yaitu
seperti vitamin A 2%, vitamin C 11,42 mg/100 gram, besi 2%, air 83,39%, karbohidrat
: 7%, mempunyai rasa manis dan sedikit
asam untuk buah segarnya,
(Fitriah.2012)
2.4 Komodity Tomat
Tomat (Lycopersicon
esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut
tomat cherry yang didapati tumbuh liar di Ekuador dan Peru, dan telah menyebar
luas di seluruh dunia, dan dibeberapa negara tropik menjadi berkembang secara
alami (Harjadi, 1989).
Tomat
cherry memiliki beberapa varietas diantaranya adalah Royal Red Cherry yang
berdiameter 3,1 - 3.5 cm dan Short Red Cherry yang berdiameter 2 – 2,5 cm,
Oregon
Cherry yang diameternya 2.5-3.5 cm dengan bobot 11-15 g, Golden Pearl yang
bobotnya 8-10 g dan SeasonRed yang bobotnya 25 g diproduksi oleh Known You Seed
di Taiwan (Cahyono,2008).
Tomat merupakan tanaman herba semusim berbentuk
perdu atau semak. Tanaman ini diperbanyak dengan biji dan disemaikan terlebih
dahulu. Penanaman dilakukan ketika tanaman berumur sekitar tiga minggu di
persemaian.
(Nurtika
dan Abidin, 1997).
Tomat dibudidayakan dalam bedengan dengan lebar
150-180 cm.Tomat yang dijual dalam bentuk segar ditanam menggunakan jarak tanam
dalam baris 60-75 cm dan antar baris 120-150 cm sehingga populasinya 8.
000-14.000 tanaman/ha (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).Tomat membutuhkan iklim
yang kering dan dingin untuk pertumbuhannyaagar diperoleh produksi yang tinggi
dan baik. Suhu optimal untuk pertumbuhan dan pembungaan tomat adalah 21-24 ºC
dan suhu malam 18-22
Kematangan buah tomat dari tingkat kematangan masih
muda sampai tua berturut-turut adalah hijau masak, pecah warna,
kekuning-kuningan, merah
jambu,
merah cerah, dan merah masak sempurna. Pada umumnya tomat yang sudah siap
dipanen pertama pada umur ± 75 hari setelah pindah tanam atau ± 3 bulan setelah
menyebar benih. Saat pemetikan buah yang tepat disesuaikan dengan tujuan
konsumsi ataupun sasaran pemasaran. Bila tujuan pemasaran jarak jauh atau
diekspor, idealnya dipanen pada waktu buah stadium hijau matang kira-kira 3-7
hari sebelum menjadi merah. Sementara untuk tujuan pemasaran jarak dekat (pasar
lokal), dapat dipanen sewaktu tomat berwarna kekuning-kuningan. Cara panen
tomat adalah dipetik secara hati-hati agar tidak rusak. Panen pada tomat cherry
disertakan tangkai atau gagang buahnya. Panen dilakukan secara periodik satu
atau dua kali seminggu tergantung keadaan buah yang masak dan waktu panen yang
tepat adalah pada cuaca terang (Marpaung, 1997).
Penyimpanan buah-buahan dan sayur-sayuran segar
dapat memperpanjang daya gunanya dan dalam keadaan tertentu memperbaiki
mutunya. Selain itu penyimpanan bertujuan untuk menghindarkan melimpahnya
produk ke pasar, membantu pemasaran yang teratur, meningkatkan keuntungan
produsen, dan mempertahankan mutu produk-produk yang masih hidup. Umur simpan
dapat diperpanjang dengan pengendalian penyakit-penyakit pasca panen,
pengaturan atmosfer, perlakuan kimiawi, penyinaran, dan pendinginan. Sampai
sekarang pendinginan merupakan satu-satunya cara yang ekonomis untuk
penyimpanan jangka panjang bagi buah-buahan dan sayur-sayuran segar (Pantastico
et al, 1986).
Umur
simpan tomat tergantung pada tingkat kematangan pada saat panen dan kualitas
buah yang diinginkan. Idealnya tomat yang hijau masak dapat disimpan dalam
waktu 7-10 hari pada suhu 13-18 ºC dan kelembaban udara 85-90 % (Opena dan
Vossen, 1994).
2.5 Komoditi cabe rawit
Cabe rawit sering juga disebut Hot Chili,
cabe kecil atau “lombok jempling”. Cabe yang disimpan dengan suhu sekitar 4 o
C dengan kelembaban 95-98 % dapat tahan sekitar 4 minggu dan pada 10 o C
masih dalam keadaan baik sampai 16 hari.
Pengeringan .
Pengawetan dalam keadaan segar waktunya tidak
akan lama, tetapi kalu dikeringkan waktu simpan bisa lama. Cabe yang akan
dikeringkan harus dipilih yng berkualitas baik, tangkai dibuang dan kemudian
cabe dicuci bersih. Kemudian dimasukkan dalam air panas beberapa menit,
lalu didinginkan dengan cara dicelupkan dalam air dingin. Selanjutnya
ditiriskan di atas anyaman bambu atau kawat kasa sehingga airnya keluar
semua. Kemudian dijemur pada panas matahari sampai kering, biasanya
kurang lebih selama satu minggu.
Pada musim hujan , pengeringan buah cabe dapat
menggunakan pemanas. Di dalam ruangan pemanas tersebut diberi para-para
beberpa lapis untuk meletakkan cabe. Lapisan cabe jangan terlalu tebal,
cukup satu lapis agar cepat kering. Sebagai sumber panas dapa memakai
lampu listrik , kompor, tungku arang atau bahan lainnya.
Ruangan pemanas dapat dibuat dari kayu yang
berbentuk seperti almari dan bagian dalam diberi lapisan seng. Sumber
pemanas diletakkan di bawah almari yang telah diberi lubang, di atas pemans ada
para-para beberapa lapis. Bagian atas almari diberi ventilasi yang yang
penutupnya dapat diatur besar kecilnya lubang untuk mengatur suhu dalam almari.
Suhu dalam almari diatur lebih kurang 60oC, jangan terlalu panas
dengan mengatur ventilasi. Apabila telah melebihi 60oC maka
lubang ventilasi dibuka lebar.
Supaya cabe keringnya merata maka para-para
bisa diubah letaknya, misal yang atas di pindah ke bawah demikian
sebaliknya. Banyaknya para-para tergantung besar kecilnya almari dan
jarak antar para-para sekitar 15-20 cm. Cabe dibolak-balik letaknya setiap 3
jam.
Dengan menggunakan alat pemanas paling lama dua
hari buah cabe akan kering. Buah cabe dianggap kering bila kandungan airnya
tinggal 8 %. Dalam keadaan demikian buah cabe dapat disimpan lebih lama,
namun harus dihindarkan dari serangan hama dan disimpan dalam wadah kedap
udara. Cabe yang dikeringkan dapat langsung dipakai atau dapat digunakan
untuk campuran saos dan cabe bubuk.
Kemasasan Cabe
Sebelum buah cabe dijual sebaiknya dilakukan
seleksi dengan memisahkan buah cabe yang bagus dan yang jelek
kualitasnya. Cabe-cabe tersebut harus dikemas dengan baik agar tidak
rusak. Dengan kemasan yang baik tentu akan menambah beaya namun kerusakan
akan jauh lebih sedikit sehingga keuntungan masih lebih tinggi.
Buah cabe dapat dikemas dengan kantung plastik
yang telah diberi lubang-lubang kecil dengan jarak anat lubang sekitar 5-10 cm
. setiap kantung plastik dapat diisi cabe dengan berat 0,5 kg; 1 kg; 1,5
kg atau 2 kg. Selanjutnya kantung plastik diletakkan pada wadah yang
dibuat dari bambu atau kardus. Ukuran wadah sebaiknya tidak terlalu besar
yaitu antara 10 x 25 x 25 cm sampai 35 x 50 x 40 cm. Setiap sisi wadah
diberi lubang dengan garis tengah 1 cm dan jarak antar lubang 10 cm.
2.6
komoditi pisang
1. Pengumpulan, tandan pisang yang telah dipanen
dikumpulkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung. Daun pisang
dapat digunakan untuk alas agar buah pisang tidak luka dan dapat dipakai untuk
penutup dari sinar matahari. Sebelum dilakukan sortasi, tandan buah disisir
dengan menggunakan pisau yang tajam.
2. Sortasi dan pengkelasan (Grading), setelah dilakukan pemisahan sisir buah dari tandannya, selanjutnya buah pisang diseleksi yaitu dengan memisahkan buah yang tidak memenuhi syarat untuk dipasarkan, misalnya kerusakan mekanis, serangan hama dan penyakit, busuk, buah yang tidak normal bentuk, ukuran dan tingkat ketuaannya (terlalu muda/ terlalu tua). Pengkelasan dilakukan sesuai dengan permintaan pasar, berdasarkan asal sisir tandan atau bobot buah. Kelas A jika berasal dari 3 sisir pertama pada tandannya atau 16 buah/3 kg, kelas B berasal dari sisir ke 4-6 atau 20 buah/3 kg dan kelas C berasal dari sisir ke 7 sampai paling bawah atau 30 buah/3 kg. Pada dasarnya persyaratan ekspor sesuai dengan permintaan negara tujuan dan persyaratan mutu buah tergantung kesepakatan antara eksportir dan importirnya. Umumnya persyaratan mutu buah pisang yang akan diekspor adalah seragam baik tingkat ketuaan, ukuran maupun kultivarnya. Buah mempunyai bentuk bagus, ukuran dan jumlah buah/sisir tertentu, tangkai buah pada sisiran kuat, bersih, bebas dari kotoran, serangan jamur, bakteri dan serangga, bebas kerusakan (perubahan warna, cacat, memar, busuk, dll) dan menggunakan kemasan tertentu.
3. Pemeraman, buah pisang tergolong buah-buahan yang klimaterik artinya buah yang kurang tua saat panen akan menjadi matang selama penyimpanan, hanya saja mutunya kurang baik, rasanya kurang enak dan aromanya kurang kuat. Buah yang cukup tingkat ketuaannya akan menjadi matang dalam 4-5 hari setelah dipanen tanpa perlakuan pemeraman, namun kematangan tidak seragam dan warnanya kurang menarik. Pemeraman bertujuan mempercepat proses pematangan buah serempak sehingga didapatkan kematangan buah dan warna yang seragam. Pemeraman dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain : a). Pemeraman tradisional, buah pisang diperam di dalam tempayan dari tanah liat diikuti dengan pengasapan secukupnya agar udara dalam tempayan menjadi panas karena panas menyebabkan buah menjadi cepat matang. Lama pemeraman antara 2-3 hari. b). Pemeraman dengan pengemposan, banyak dilakukan oleh pedagang pengumpul di sentra produksi pisang. Buah pisang yang akan diempos biasanya dalam bentuk tandan, dimasukkan ke dalam lubang di dalam tanah. Untuk seratus tandan pisang diperlukan lubang 2x3x3 m³, lubang diberi tutup dari papan dan ditimbun dengan tanah, penutupan disisakan untuk tempat masuknya pisang. Pada ujung lubang diberi bumbung bambu untuk tempat masuknya asap. Daun kelapa dibakar, asapnya dimasukkan ke dalam bumbung bambu dengan cara dikipas. Pengasapan dilakukan 2 kali setiap 12 jam sekali, setelah pengasapan buah dibiarkan di dalam lubang selama 24 jam. Setelah 24 jam buah diangkat dari dalam lubang, diangin-anginkan, kemudian dibungkus daun pisang kering dan siap diangkut ke daerah pemasarannya. c). Pemeraman dengan Karbit, karbit (CaC2) adalah bahan penghasil gas karbit yang dapat memacu kematangan buah. Pemeraman dengan karbit dapat dilakukan di pohon atau sesudah dipanen. Bila buah masih dipohon, segumpal karbit (± 10 gr) diletakkan diantara sisir pisang dibagian tengah. Tandan pisang kemudian dibungkus dengan plastik atau karung dan diikat di bagian atasnya. Buah yang diperam setelah panen, caranya karbit dibungkus kertas, setiap 1 ton buah pisang dipergunakan karbit sebanyak 1 kg, buah pisang kemudian ditutup dengan plastik dan dibiarkan selama 2 hari, kemudian tutup dibuka dan buah diangin-anginkan. Dalam 2-3 hari buah akan menjadi matang secara serempak. d). Pemeraman dengan daun gamal, buah pisang diperam disusun dalam keranjang yang diberi alas koran. Bagian atasnya diberi daun gamal kurang lebih 20% dari berat pisang yang diperam, dalam 3-4 hari buah pisang akan menjadi masak. Selain daun gamal dapat pula dipergunakan daun mindi (Melna Zedarch) atau daun picung (Pangum edule).
4. Pengemasan, memudahkan pengangkutan dan melindungi buah dari kerusakan mekanis yang terjadi selama pengangkutan. Untuk jarak dekat menggunakan keranjang bambu dengan kapasitas 3-4 sisir, namun ada yang menggunakan peti kayu berisi 150 pisang gandeng (per 2 buah). Pengemasan untuk ekspor umumnya menggunakan karton berventilasi dan menggunakan lapisan plastik. Setelah buah dipetik harus dicuci dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida, kemudian diberi perlakuan untuk mempertahankan kesegarannya. Kemasan yang digunakan mempunyai kapasitas 18,14 kg dan 12 kg, karton bagian dalam sebaiknya dilapisi lilin dan untuk menghambat pematangan diberikan KmnO4 sebanyak 0,1 ml/sisir. Sebelum dikemas dilakukan pencegahan penyakit antraknos yaitu setelah buah dicuci selanjutnya dilakukan pencelupan ke dalam air panas suhu 55 °C selama 2 meni. Pencegahan akan lebih baik jika pencelupan ditambah dengan benomil 200 ppm. Kemasan untuk pemasaran dalam negeri dianjurkan buah berupa sisiran dengan menggunakan peti kayu ukuran 19 cm x 33 cm x 23 cm dengan menggunakan lapisan lembaran plastik berlubang dan bantalan kertas potongan.
5. Penyimpanan, bertujuan untuk menghambat proses enzimatis, dengan meniadakan terjadinya respirasi dan transpirasi. Beberapa cara penyimpanan diantaranya : a). Penyimpanan dengan pelapisan lilin, yaitu penyimpanan buah dengan mencelupkan ke dalam emulsi lilin yang dikombinasikan dengan pestisida. Cara ini pisang dapat tahan disimpan selama 13 hari; b). Penyimpanan dengan suhu rendah, suhu 10°C dan kelembaban 85-90%. Buah yang disimpan masih berwarna hijau akan bertahan selama 5 minggu dan buah yang sudah masak mempunyai daya simpan 11 hari; c). Penyimpanan dengan menggunakan KmnO4 yaitu dengan tujuan untuk menyerap etilen yang dihasilkan oleh buah, tahan disimpan selama 3 minggu pada suhu ruang.
2.7 komoditi melon
Pascapanen merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan setelah melon dipanen. Kesalahan penanganan dalam pascapanen akan
mempengaruhi kualitas/penampilan buah melon.
a.
Tahap
Pengumpulan
Buah-buah melon yang telah dipanen dikumpulkan pada
suatu tempat untuk segera disortir. Saat panen kerusakan buah sebaiknya
dihindari akibat terbentur atau cacar fisik lainnya, karena akan mengurangi
harga jual terutama untuk konsumsi pasar swalayan.
b.
Tahap
Penyortiran dan Penggolongan
Melon yang telah dipanen, diangkut dan dikumpulkan
di suatu tempat kemudian di sortasi. Buah yang sehat dan utuh dipisahkan dari
buah yang cacat fisik maupun cacat karena serangan hama dan penyakit. Buah
melon yang berkualitas bagus kemudian di lakukan penggolongan melon berdasarkan
tiga kelas.
Kelas M1 yaitu melon berbobot 1,5 kg/lebih jaring
berbentuk sempurna.
Kelas M2 yaitu melon berbobot 1–1,5 kg jaringnya
terbentuk hanya 70% saja.
Kelas M3 yaitu bobot buahnya bervariasi dengan
jaring sedikit atau tidak berbentuk sama sekali. Hal ini terjadi karena tanaman
belum saatnya dipanen tapi telah mati terlebih dahulu akibat serangan hama.
c. Tahap
Penyimpanan
Buah melon yang sudah dipetik, tidak boleh ditumpuk
satu sama lain, dan buah yang belum terangkut dapat disimpan dalam gudang
penyimpanan. Buah ditata secara rapi dengan dilapisi jerami kering. Tempat
penyimpanan buah harus bersih, kering dan bebas dari hama seperti kecoa atau
tikus. Melon yang sudah terlalu masak jangan disatukan dengan buah yang
setengah masak (mengkal). Bila ada buah yang mulai busuk harus di jauhkan dari
tempat penyimpanan
c.
Tahap Pengemasan dan Pengangkutan
Kemasan untuk melon dapat dibuat dari kayu biasa
dan banyak memiliki lubang angin. Cara menyusunnya, bagian dasar kotak diberi
jerami kering yang cukup tebal, kemudian melon diberikan jerami juga di bagian
atas buahnya. Sebelum kotak ditutup, buah melon diberi lapisan jerami lagi.
Selain dari kotak, pengemasan bisa juga menggunakan
rajutan benang yang mirip jala, kemudian dimasukkan dalam kemasan karton. Dalam
karton masih dilapisi dengan jerami kering atau kertas hancuran. Dengan kemasan
seperti ini akan lebih terjamin dibanding dengan menggunakan kotak dari kayu
(cara tradisional).
Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut buah
melon yang akan dibawa ke pasar tergantung jarak yang ditempuh. Buah yang akan
di ekspor biasanya dipak secara khusus dengan peti kemas yang terbuat dari
kayu, karton atau kotak plastik. Di kargo pesawat, peti kemas melon dimasukkan
ke dalam kontainer pendingin agar buah tetap segar jika sampai ke tempat
tujuan.
2.8 komoditi wortel
Panen wortel dilakukan dengan cara mencabut seluruh
bagian tanaman dengan menggunakan tangan atau cangkul kecil. Pembersihan awal
bisa berupa pembuangan daun-daun wortel (bila permintaan pasar berupa wortel
tanpa daun). Tapi bila permintaannya dengan daun, maka daun-daun wortel itu
tidak perlu dibuang, cukup diikat saja, kemudian dibawa ke gudang dengan
wadah karung plastik.
Proses pencucian pada wortel setelah panen
dimaksudkan untuk membersihkannya dari kotoran-kotoran tanah. Mencucinya bisa
satu-satu dengan tangan dibawah air yang mengalir, atau wortel dimasukan
kedalam wadah berpori (kantung plastik jala), kemudian masukkan ke dalam bak
air besar, kedua ujung karung ini di gerakkan oleh dua orang masing-maing
pada ujung karung. Prinsip pencucian ini adalah gesekan antara wortel yang
dapat mengikis kotoran kasar.
Proses pengeringan dilakukan untuk meniriskan air
sisa pencucian. Hal ini perlu dilakukan agar wortel tidak lembab sehingga tidak
mudah busuk. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan kipas angin. Selanjutnya
wortel dibersihkan dari bagian-bagian yang tidak dikehendaki yaitu bagian
pangkal wortel.
- Pembersihan.
Pembersihan bertujuan untuk menghilangkan semua
kotoran yang masih menempel pada umbi wortel, yaitu tanah yang terbawa pada
waktu pencabutan dan bagian- bagian tanaman yang menempel pada umbi, misalnya
batang daun, dan akar. Kotoran- kotoran yang masih menempel pada unbi dapat
menjadi sunber kontaminasi berbagai jenis pathogen yang dfapat menginfeksi umbi
dan menimbulkan penyakit yang merusak umbi selama penyimpanan. Pembersihan
dilakukan dengan memotong bagian tanaman dengan menyisakan tangkai daun
secukupnya, kemudian membersihkan segala macam kotoran yang melekat.
- Pencucian
Pencucian merupakan pembersihan umbi wortel lebih
lanjut. Pencucian sebaiknya digunakan dengan menggunakan air bersih, baik air
yang mengalir atau air yang didalan bak. Jika menggunakan air yang didalam bak,
pencucian dilakukan dengan cara penyemprotan. Selanjutnya umbi wortel yang
telah dicuci ditiriskan pada rak-rak penirisan ditempat yang kering.
Pencucian dapat meningkatkan kebersihan umbi
wortel, sehingga dapat mengurangi, bahkan meniadakan jasad-jasad renik yang
menempel pada umbi. Dengan demikaian, umbi lebih aman dari serangan pathogen
selama penyiimpanan sampai kekonsumen. Pencucian juga berfungsi untuk
menurunkan suhu umbi, sehingga dapat memperpanjang kesegaran umbi. Selain itu,
pencucian juga membuat penampilan umbi wortel labih menarik, sehingga
meningkatkan daya tarik komsumen.
- Sortasi dan grading
Sortasi merupakan kegiatan memisahkan umbi yang
sehat (baik) dari umbi yang rusak, miasalnya cacat/luka, terserang penyakit,
busuk, terserang hama, dan lain-lain. Dengan demikian penuaran penyakit dari
umbii yang sakit atau rusak ke umbi yang sehat dapat dicegah.
Setelah sortasi dilakukan pengelompokan (grading)
umbi wortel yang sehat berdasarkan ukuran besar atau berat umbi, sehingga
didapatkan umbi-umbi yang seragam menurut kelas mutunya. Darai hasil
pengelompokan ini akan diperoleh umbi kelas I, kelas II, kelas IIIdan
seterusnya. Grading juga dapat dilakukan bersamaan dengan sortasi.
Berdasarkan ukuran dan tingkat kerusakannya, umbi
wortel dapat dikelompokkan kedalam empat kelas mutu sebagai berikut.
- Kelas mutu I, terdiri atas umbi wortel yang berukuran besar, dengan diameter antara 3 cm – 5 cm dan berat lebih dari 300 g, memiliki tekstur keras namun tidak mengayu, berwarna normal, permukaan cukup rata, varietas seragam, tidak cacat, dan tidak terinfeksi hama dan penyakit.
- Kelas mutu II, terdiri atas umbi wortel yang berukuran sedang, dengan diameter antara 1.5cm – 3 cm dan berat antara 200 g – 300 g, memiliki tekstur keras namun tidak mengayu, berwarna normal, permukaan cukup rata, varietas seragam, tidak cacat, dan tidak terinfeksi hama dan penyakit
- Kelas mutu III, terdiri atas umbi wortel yang berukuran kecil, dengan diameter kurang dari 1.5 cm dan berta kurang dari200 g, memiliki tekstur keras namun tidak mengayu, berwarna normal, permukaan cukup rata, varietas seragam, tidak cacat, dan tidak terinfeksi hama dan penyakit
- Kelas mutu IV, terdiri atas umbi wortel yang memiliki ukuran umbi kelas I, II, dan III, tyetapi mempunyai cacat, baik yang disebabkan oleh factor mekanis maupun serangan hama dan penyakit
Grading dapat dilakukan dengan cara membuat lubang
pada sebuah papan menurut ketentuan pada setiap kelas. Kemudian umbi wortel
yang telah disortasi dimasukkan kedalam lubang tersebut untuk mendapatkan
ukuran yang sesuai.
Dengan sortasi dan grading, petani produsen dan
konsumen akan mendapat beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut.
- memudahkan pemasaran, menurut standar mutu yang dikehendaki pasar.
- Memudahkan penentuan harga ( menurut kelas umbi) sehingga dapat memperoleh keuntungan yang lebih baik jika dibandingkan dengan penentuan haraga secara rata-rata.
- Memudahkan pengemasan dan penyusunan dalam wadah, sehingga memperkecil kerusakan pada saat pengangkutan.
- Memudahkan konsumen untuk mendapat kualitas wortel yang dikehendaki, menurut kemampuan dan keperluannya dengan harga yang dapat dijangkau.
- Meningkatkan kepercayaan serta kepuasan konsumen, sehingga menjamin kesetabilan pemasaran.
2.9 komoditi kentang
Tahap pasca panen
kentang yang perlu dilakukan supaya diperoleh umbi
kentang yang bermutu baik pada
dasarnya meliputi tahap pembersihan, sortasi dan grading, penyimpanan dan
pengemasan. Ada pun tahap pasca panen
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tahap
Pembersihan
Tahap Pembersihan
merupakan proses menghilangkan kotoran yang menempel pada umbi. Tujuannya untuk
menghilangkan kotoran yang masih menempel pada umbi supaya umbi terlihat
bersih. Umbi kentang dibersihkan dari segala kotoran yang menempel pada umbi
seperti tanah, sisa tanaman atau akar tanaman dipangkas, kemudian dicuci
dengan air bersih. Cara mencucinya dapat dilakukan dengan cara
memasukkan umbi kedalam bak air atau dilakukan pencucian dalam air yang
mengalir. Umbi-umbi yang sudah dibersihkan tersebut ditaruh pada terpal atau
bahan lain untuk dikeringanginkan. Dalam pengeringan umbi yang baru dicuci itu
jangan dikeringkan langsung pada sinar matahari.
b. Tahap
Sortasi dan Grading
Tahap Sortasi dan Grading merupakan proses pemilihan dan pemisahan umbi
berdasarkan kurang baik untuk memperoleh umbi yang seragam dalam ukuran dan
kualitasnya. Caranya, dengan memilih
umbi yang sudah dibersihkan itu antara umbi yang baik dan umbi yang kurang
baik berdasarkan: (1) Ada tidaknya cacat pada umbi, (2) Normal tidaknya bentuk
dan ukuran umbi, dan (3) Ada tidaknya serangan hama atau penyakit pada umbi.
Umbi yang sudah dipilih itu dipilah-pilah lagi berdasarkan kualitas dan ukuran
(grading/pengklasifikasian).
c. Tahap Penyimpanan
Dalam
Tahap Penyimpanan, setelah umbi kentang dimasukkan kedalam wadah berupa kotak
kayu/krat/keranjang/waring, kemudian wadah itu dimasukkan ke dalam ruang
penyimpanan yang disusun secara rapi. Jika wadah berisi kentang itu disimpan
dalam gudang, usahakan gudang penyimpanan mempunyai ventilasi udara yang cukup
supaya sirkulasi udara lancar dan kelembabannya sekitar 65-75%dan gudang dalam
keadaan bersih
d. Tahap Pengemasan
Tahap Pengemasan bertujuan untuk melindungi hasil terhadap kerusakan, mengurangi kehilangan
air, dan mempermudah pengangkutan dan perhitungan.Caranya, umbi yang sudah dipilih sesuai kualitasnya
dikemas dalam wadah tertentu, misalnya dengan karung, jaring plastik/waring
yang bersih dan tidak ada sisa bahan lainnya. Wadah berisi kentang itu ujungnya ditutup rapat-rapat, misalnya dijahit
dengan jarum karung atau tali plastik.
2.10 komoditi mangga
Penanganan pascapanen hasil
pertanian bertujuan untuk menekan tingkat kerusakan hasil panen komoditas
pertanian dengan meningkatkan daya simpan dan daya guna komoditas pertanian
agar dapat menunjang usaha penyediaan bahan baku industri dalam negeri,
meningkatkan nilai tambah dan pendapatan, meningkatkan devisa negara dan
perluasan kesempatan kerja serta melestarikan sumberdaya alam dan lingkugan hidup.
Langkah –langkah penanganan pasca panen buah
mangga:
1. Waktu pemetikan buah antara
jam 07.00-08.00 wib ,maupun sesuai kebiasaan daerah tertentu, buah yang di
petik tidak langsung terkena sinar matahari karena akan mempercepat perusakan
buah .
Buah
yang dipanen dengan menggunakan tangkai menunjukkan getah yang lebih bersih
berbeda dengan buah yang tidak menggunakan tangkai lebih tampak kotor. Buah
mangga dipanen dengan tingkat ketuaan85% yaitu berumur 110 – 120 hari semenjak
bunga mekar dengan warna hijaudengan pangkal kemerahan. Buah mangga dipanen
dengan menyisakan tangkai sepanjang 10 - 15 mm.
Hal ini
dikarenakan dengan menyisakan tangkai tidak akan terjadi penyebaran getah.
Getah ini diperkirakan akan mempercepat kerusakan buah dan mendorong terjadinya
stem end rot dan akan mengotori permukaan buahsehingga buah tetap terlihat
bersih. Dalam tahap pemanenan buah tidak bolehdilempar untuk
mengurangikerusakan akibat memar.Waktu panen dan cara petik yang tepatdapat
menekan kerusakan dan meningkatkan kualitas terutama untuk pemasaran
eskspor.
2. Membersihkan buah :
Apabila saat panen digunakan gunting untuk memanen buah, setidaknya 10 cm dari
tangkai harus dipertahankan. Dengan demikian getah yang sangatlekat dan mudah mengalir
pada buah mangga yang baru dipetik, tidak akanmengotori buah
Buah
mangga, khususnya varietas berwarna hijau di Indonesia, banyak sekali
mengalirkan lateks atau getah dari tangkai yang baru sajadipotong. Getah ini
harus dibersihkan dari buah dengan mencuci buah denganlarutan 100 ppm natrium
hipokhlorit secepatnya setelah buah dipetik, untuk mencegah getah membakar
kulit buah yang selanjutnya dapat menyebabkan buah membusuk.
Untuk
mengendalikan Antraknosis buah direndam dalam air hangat bersuhu 520 C selama 1
- 3 menit. Kendala yang dihadapi pada metodeini ialah bahwa sulit sekali untuk
mempertahankan suhu yang diperlukan dengan peralatan yang tersedia di daerah
pedesaan. Lagi pula metode ini mahal dan buahakan banyak bertambah ringan,
kehilangan lapisan lilinnya dan lebih cepatmembusuk sebagai akibat dari
penerapan metode tersebut.
3. Sortasi buah mangga:
Setelah pemanenan,Perlakuan inidilakukan untuk memperoleh buah dengan ukuran,
tingkat kematangan dankualitas yang seragam. Sortasi bertujuan untuk memisahkan
buah yang layak jual dan tidak layak dijual agar diperoleh buah yang
seragam bentuk, warna,ukuran dan kematangannya
4. Grading buah mangga
:grading dilakukan untuk memperoleh buah yang seragam ukurannya (besar, sedang,
kecil atau sanga tkecil).Sortasi dan grading mangga gedong dilakukan dengan
kriteria ukuranyang seragam dilakukan dengan pemilahan buah berdasarkan ukuran
tidak cacat, utuh, tidak duduk, tidak bernoda hitam, tidak berlubang dan
tidak tergores.
Sortasi
dan pengkelasan dilakukan secara manual dengan cara memisahkan buah berukuran
kecil ≤200g, sedang 200-400g dan besar ≥400g.Kegiatan ini penting dilakukan
agar buah yang dipasarkan terjaga mutunya,karena buah yang rusak akan
mempercepat dan mempengaruhi kerusakan buahyang lain yang ada dalam satu
kemasan. Pada buah mangga gedong, kriteriayang juga sangat penting dalam
sortasi adalah buah tidak duduk (bentuk buahdatar di ujung)
5. Pelilinan
(waxing):pelapisan lilin atau waxing dapat menekan laju respirasi sehingga
perlakuan ini merupakan salah satu alternatif untuk memperpanjang masa simpan
buah-buahan. Pelilinan akan menghambat proses respirasi sehingga perubahan
kimiawi yang terjadi pada mangga relatif terhambat.
Dengan terjadinya penghambatan respirasi akan menunda kematangan buah.
Pelilinan 6% yang diikuti dengan penggunaan benomyl 1000 ppm dan glossy agent
dengan konsentrasi 0,125% dapat mempertahankankesegaran buah hingga mencapai
minggu ke 4 dibandingkan dengan buah tanpa pelilinan. Hal ini menunjukkan bahwa
pelilinan mampu membentuk lapisan padaseluruh permukaan mangga dan menutupi
pori-pori secara merata namun tidak mengganggu aktivitas fisiologis yang masih
berlangsung. Proses ini yang diduga sebagai proses penghambatan sehingga buah
lebih tahan lama dibandingkandengan tanpa adanya pelilinan.
Perlakuan pelilinan buah dilakukan dengan cara pencelupan atau penyemprotan
menggunakan emulsi lilin selama 10 - 30 detik. Kemudiandilakukan penirisan
dengan membiarkan kering angin atau menggunakan kipasangin guna mempercepat
proses pengeringan. Mangga yang diberi perlakuan pelilinan memiliki penampakan
yanglebih bagus dibandingkan dengan tanpa pelilinan.pada buah mangga dapat
menurunkan serangan antracnose dan buah memiliki penampakan yang lebih baik
secara fisik dan kimia dengan kerusakan minimal.
6. Pengemasan :
Pengemasan harus mampu melindungi mangga dari kerusakan yang terjadi selama
distribusi dan pemasaran. Fungsi lain pengemasan adalah mempertahankan
bentuk dan kekuatan kemasan dalam waktu yang lama,termasuk dalam kondisi
kelembaban nisbi yang mendekati jenuh atau Setelah terguyur air.
Pengemasan merupakan bagian dari kegiatan pascapanen sebelum dilakukan
transportasi atau penyimpanan. Adanya wadah atau pembungkusdapat membantu
mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya dan
melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan,benturan,
getaran) (Broto, W., 2003).
Untuk pemasaran ekspor,sebelum dimasukkan ke dalam karton, mangga diberi
pelapis net foam. Hal inidilakukan untuk mencegah kerusakan fisik akibat
benturan selama dalamtransportasi. Setelah dilakukan pengemasan dengan
net foam, baru kemudiandimasukkan ke dalam karton yang dibagian dalam diberi
pelapis lilin. Ukurankarton yang digunakan adalah 40x30x10 cm dengan isi tiap
karton 2 kg
7. Adaptasi suhu :
untuk mencegah terjadinya chilling injury yaitu kerusakan buah jika suhu yang
digunakan terlalu rendah. Adaptasi suhu dilakukan pada suhu 15°C selama 24 jam.
Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian yangmenggunakan suhu adaptasi pada
15°C yang dapat mempertahankan kesegaran buah selama 4 minggu (Lam and
Ng,1984). Setelah buah dikemas kemudiandilakukan adaptasi pada cold room.
Setelah tercapai suhu yang diinginkan, buah dipindahkan ke ruang berpendingin
dengan suhu 10°C untuk penyimpanan.
8. Penyimpanan buah
mangga: dilakukan dalam suhu dingin. Penyimpanan dingin buah klimakterik selain
mengakibatkan tertundanya kematangan buah juga berpengaruh pada respon jaringan
terhadap etilen. Hal ini berarti,buah memerlukan waktu kontak lebih lamadengan
dosis etilen tertentu untuk mengawali kematangannya pada suhu rendah
(BrotoW,2003). Penyimpanan dingin bertujuan untuk membatasi pembusukan tanpa
menyebabkan terjadinyakematangan abnormal atau perubahan-perubahan
lainnya yang tidak diinginkandan mempertahankan mutu sampai ke tangan
konsumen dalam jangka waktu yang lama.
9. Perlu
diperhatikan bahwa buah mangga dapat rusak karena suhurendah/dingin (kerusakaan
faali bila disimpan pada suhu rendah tetapi di atastitik beku air). Kerusakan
oleh suhu rendah ini antara lain terlihat sebagai berubahnya warna kulit
menjadi abu-abu, terbentuknya lobang-lobang padakulit dan buah tidak merata
menjadi masak (warna buah jelek dan juga rasanya pun tidak enak). Guna mencegah
kerusakan oleh suhu rendah, sebaiknya buahmangga disimpan pada duhu 10 - 150C.
10. Kisaran ini disebabkan
oleh varietas,tingkat masak buah, lokasi, pengaruh musim pada buah, dan
sebagainya.Umur kesegaran mangga dapat dipertahankan hingga 2 – 3 minggu
biladisimpan pada kondisi suhu 13C dan kelembaban 85 – 90 persen, namundemikian
beberapa varietas masih dapat bertahan pada suhu yang lebih rendahyaitu 10 C di
bawah suhu tersebut merupakan kondisi yang tidak baik bagi penyimpanan mangga.
11. Penyimpanan buah
mangga pada sistim udara terkendalinampaknya tidak memberikan banyak keuntungan
dalam perpanjangan masasimpan. Kondisi penyimpanan udara terkendali untuk buah
mangga yang amanadalah bersuhu 13 C dengan kadar CO2: 5% dan kadar O2: 5%
12. Dilihat dari sudut
teknis mapun ekonomis, pengangkutan merupakanfaktor penting pada penanganan dan
pemasaran buah mangga karena buahmangga cepat membusuk bila tidak disimpan pada
suhu dingin, sangat pentinguntuk secepat mungkin mengangkutnya ke lokasi
pemasaran.
13. Pada pengangkutan buah
mangga untuk tujuan ekspor maupun domestik harusmenggunakan mobil yang
dilengkapi ruang pendingin. Hal ini untuk menjagarantai dingin selama
transportasi. Rantai dingin diperlukan untuk membatasi pembusukan tanpa
menyebabkan terjadinya kematangan abormal atau perubahan-perubahan lainnya yang
tidak diinginkan dan mempertahankan mutusampai ke tangan konsumen. Suhu yang
tepat untuk pengangkutan mangga adalah 10°C
2.11
komoditi kol atau kubis
Tanaman kubis dapat dipetik kropnya setelah besar,
padat dan umur berkisar antara 3 - 4 bulan setelah penyebaran benih. Hasil yang
didapat rata-rata untuk kubis telur 20 - 60 ton/ha dan kubis bunga 10 -15
ton/ha. Pemungutan hasil jangan sampai terlambat, karena kropnya akan pecah
(retak), kadang-kadang akan menjadi busuk. Sedangkan untuk kubis bunga, jika
terlambat bunganya akan pecah dan keluar tangkai bunga, hingga mutunya menjadi
rendah
- Kubis dipanen setelah berumur 81- 105 hari
- Ciri-ciri kubis siap panen bila tepi daun krop terluar pada bagian atas krop sudah melengkung ke luar dan berwarna agak ungu, krop bagian dalam sudah padat.
- Pada saat panen diikursertakan dua helai daun hijau untuk melindungi krop
- Jangan sampai terjadi memar atau luka
- mati penyakit Busuk Lunak (Erwinia carotovora) dan Busuk Hitam (Xanthomonas camprestris)
- Daun-daun kubis yang terinfeksi harus dibuang.
Peningkatan Mutu Hasil
Untuk memperoleh krop kubis yang baik, maka kubis
harus dipanen tepat waktu. Kepadatan dan kekompakan digunakan sebagai penetapan
saat panen. Biasanya kubis dipanen setelah umur 81-105 hari di pertanaman dan
tergantung pada varietas yang ditanam. Panen yang terhambat akan menyebabkan
krop pecah. Untuk penyemprotan sebaiknya tidak dilakukan lagi 2 minggu sebelum
dipanen.
2.12 komoditi kedondong
Pengumpulan Buah Pasca Panen
- Setelah dipetik buah dikumpulkan dalam keranjang kemudian setelah keranjang penuh dapat dikumpulkan pada tempat yang beralas daun-daun pisang atau alas lain. Pengumpulan dilakukan di tempat yang teduh sehingga buah tetap terjaga kesegarannya. Dalam mengumpulkan buah harus hati-hati jangan terlalu kasar sehingga buah tidak memar atau luka. Sebab kalau luka akan cepat membusuk.
Penyortiran dan Penggolongan Buah
- Setelah dikumpulkan kemudian buah disortir dan kemudian digolongkan menurut kematangan dan ukuran buahnya. Buah yang bagus akan dikirik kepada penjual besar (supermarket), sedangkan buah yang kecil untuk pasar lokal. Buah yang akan dikirim jauh, sebaiknya buah yang belum kelihatan masak, karena jika sudah masak akan terjadi pembusukan setelah sampai di tempat pengiriman. Buah yang masak sebaiknya langsung dikonsumsi.
Penyimpanan Buah Kedondong
- Buah kedondong dapat disimpan ditempat yang dingin dengan menggunakan alat pendingin. Pendinginan dapat mengawetkan buah sampai beberapa minggu. Tempat penyimpanan harus bersih dan buah yang akan disimpan juga dicuci terlebih dahulu sampai bersih betul.
Pengemasan dan Pengangkutan Buah Kedondong
- Setelah penyortiran, langkah selanjutnya ialah buah kedondong dikemas dengan dimasukkan ke dalam karung goni khusus yang berlubang atau dikemas dengan bok kardus atau juga dengan kayu yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat terhindar dari benturan langsung dengan benda keras lain. Setelah dikemas kemudian diangkut dengan alat transportasi.
Pengemasan Buah Kedondong
- Pengemasan buah kedondong dalam peti kayu, berat bersih setiap peti kayu maksimum 25 kg, susunan buah dalam peti kayu kompak dengan setiap buah yang diberi pembungkus/ penyekat, atau kotak kotoran diberi penyekat dan lobang udara, susunan buah dalam kotak karton satu lapis dengan berat bersih kotak karton maksimum 10 kg. Untuk pemberian merek di bagian luar kotak kayu di beri label yang dituliskan
2.13
komoditi pepaya
Carica
papaya, L merupakan tanaman serbaguna yang buahnya dimanfaatkan sebagai buah
meja bermutu dan bergizi tinggi yang banyak dikonsumsi masyarakat. Dalam 100 g
pepaya matang mengandung vitamin A (1.094 – 18.250 SI), vitamin C (62 – 72 mg),
kadar serat 1,8 g dan mineral natrium dan kalium.
a. sortasi
a. sortasi
•
Setelah buah dipetik, proses selanjutnya melakukan sortasi yang bertujuan untuk
memisahkan pepaya yang mutunya baik dengan yang kurang baik.
• Sortasi dapat dilakukan langsung di lapangan
maupun di rumah pengemasan, secara manual maupun mekanis.
b.
greding
•
Pemilahan bertujuan untuk memisahkan pepaya berdasarkan mutu, berat dan ukuran.
• Pemilahan dilakukan secara visual dan
manual, baik di rumah pengemasan atau di kebun berdasarkan warna, bentuk,
ukuran dan berat.
• selama pemilahan diusahakan terhindar dari
kontak sinar matahari langsung karena menyebabkan penurunan bobot buah,
pelayuan dan peningkatan aktivitas pematangan/respirasi.
c.
pembersihan
• Pembersihan pepaya dapat dilakukan dengan
cara dicuci.
•
Pencucian dilakukan dengan cara merendam dalam air bersih dalam waktu yang
singkat atau menyemprotkan air ke seluruh permukaan buah. Dapat juga
ditambahkan klorin.
• Kemudian dikering anginkan atau menggunakan
kipas angin.
d.
pemangkasan
• Pengemasan buah pepaya umumnya menggunakan
kertas/kantong semen, kertas koran polos, net foam maupun plastik pembungkus
(wrap) untuk menghindari luka pada buah dan dimasukkan dalam keranjang yang
juga dilapisi kantong semen dan sejenisnya.
• Buah dipak ke dalam kotak karton dengan
ujung tangkai menghadap ke bawah
2.14 komoditi bawang merah
1.
Pelayuan
dan Pengeringan
Tujuan dari tahap ini adalah mencegah timbulnya
kerusakan pada umbi
akibat membusuk atau terkena serangan penyakit. Cara pengeringannya dilakukan
dengan menjemur bawang merah di bawah terik matahari. Tanaman-tanaman ini
disejajarkan dengan posisi berdiri, di mana bagian daun akan melindungi terpaan
sinar mentari secara langsung sehingga kulit umbinya tidak mengalami luka.
Walaupun murah dan mudah dikerjakan, metode ini masih bergantung pada musim dan
area penjemuran yang cukup luas.
2.
Pembersihan
dan Sortasi
Pembersihan dikerjakan dengan menghilangkan
kotoran-kotoran yang melekat di permukaan umbi bawang merah. Dengan demikian,
umbi pun terlihat bersih dan kualitasnya akan naik. Sedangkan, sortasi adalah
pengelompokan umbi berdasarkan mutunya. Pisahkan antara umbi yang bernas, tidak
cacat, tidak busuk, dan ukurannya seragam dengan umbi yang jelek, rusak, atau
busuk.
3.
Penyimpanan
Bawang merah hasil panen biasanya akan disimpan
dengan cara mengikatnya memakai tali. Kemudian gantungkan setiap ikatan bawang
merah tadi di bagian langit-langit ruangan yang sejuk dan tidak lembab. Kelemahan
dari metode ini adalah kapasitas penyimpanan yang terbatas karena dipengaruhi
langsung oleh ukuran luasnya. Suhu yang bagus untuk penyimpanan umbi bawang
merah berkisar antara 30-34 derajat celsius dengan tingkat kelembaban udara
sekitar 65-75 persen.
2.15 komoditi mentimun
Buah mentimun termasuk bahan sayuran (makanan) yang
mudah busuk dan rusak. Oleh karena itu selepas panen perlu penanganan pasca
panen yang memadai untuk mempertahankan kesegaran, mencegah susut dan
kerusakan.
Setelah buah mentimun dipetik (dipanen), buah
segera dimasukkan ke dalam wadah yang strukturnya tidak keras, misalnya karung
goni (waring) atau keranjang plastik.
Tahapan penanganan pasca panen selanjutnya meliputi
kegiatan:
1. Pengumpulan Hasil
Hasil panen dari kebun langsung diangkut ke tempat
penampungan (pengumpulan) sementara, misalnya ruang gudang atau tempat lain
yang teduh tidak terkena sinar matahari langsung.
2. Pemilihan
(sortasi) dan Klasiikasi
Buah yang kurang baik bentuknya (bengkok), busuk atau
rusak harus dipisahkan dari buah yang baik. Untuk sasaran pasar Swalayan, buah
mentimun diklasifikasikan sesuai dengan kriteria mutu yang diminta konsumen
(pasar).
Kalsifikasi buah mentimun dibedakan tiga kelas,
yaitu:
a. Kelas A:
panjang 16-20 cm, diameter 1,5 cm, bentuk buah bagus, lurus, bulat dan mulus.
b. Kelas B: panjang
20-23 cm, diameter 2,0 cm, bentuk buah bagus, lurus, bulat dan mulus.
c. Kelas C:
buah afkiran yang panjangnya lebih dari 23 cm.
Khusus untuk mentimun asinan, kriteria panjang buah
tidak menjadi patokan tetapi diameternya tidak lebih dari 4 cm. Meskipun demikian, kriteria mutu buah
mentimun ini tidak sama di setiap daerah atau pasar, tergantung selera konsumen
3. Pencucian dan
Penirisan
Buah mentimun yang telah diklasifikasikan segera
dicuci dalam air mengalir atau air yang disemprotkan hingga bersih. Selesai
pencucian, langsung ditiriskan di tempat kering untuk menghilangkan air yang
menempel.
4. Pewadahan dan
pemasaran
Buah mentimun yang telah bersih dan kering
dimasukkan ke dalam wadah, misalnya karung, dus karton atau kontainer lainnya.
Posisi buah diatur sedemikian rupa, baik secara berdiri maupun ditidurkan
bersusun. Buah mentimun yang sudah diwadahi (packing) siap diangkut dan
dipasarkan.
2.16 komoditi sawi
Dalam hal pemanenan penting sekali diperhatikan
umur panen dan cara panennya. Umur panen sawi paling lama 70 hari. Paling
pendek umur 40 hari. Terlebih dahulu melihat fisik tanaman seperti warna,
bentuk dan ukuran daun. Cara panen ada 2 macam yaitu mencabut seluruh tanaman
beserta akarnya dan dengan memotong bagian pangkal batang yang berada di atas
tanah dengan pisau tajam.
Pasca panen sawi yang perlu diperhatikan adalah
:
1. Pencucian dan pembuangan kotoran.
2. Sortasi.
3. Pengemasan.
4. Penympanan.
5. Pengolahan.
1. Pencucian dan pembuangan kotoran.
2. Sortasi.
3. Pengemasan.
4. Penympanan.
5. Pengolahan.
III. METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum kunjungan pasar modern (mall) ini bertempat di Lotte mart panakukang Praktikum kunjungan pasar modern (mall)
ini dilaksanakan pada haris,kamis Tanggal 5 januari 2017 pukul 11.00 sampai selesai. Dan kunjungan pasar tradisional di pasar swadaya sungguminasa pada hari
Selasa.tanggal 3januari 2017 pukul 10 sampai selesai
3.2. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kunjungan pasar modern (mall)
ini yaitu alat tulis menulis dan kamera.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kunjungan pasar modern (mall)
ini yaitu
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
No
|
komoditi
|
Pasar tradisional
|
pasar moderen
|
|
1
|
Jeruk
|
![]() |
![]() |
|
2
|
Apel
|
![]() |
![]() |
|
3
|
Tomat
|
![]() |
![]() |
|
4
|
Cabe
|
![]() |
![]() |
|
5
|
Pisang
|
![]() |
![]() |
|
6
|
Melon
|
![]() |
![]() |
|
7
|
wortel
|
![]() |
![]() |
|
8
|
kentang
|
![]() |
![]() |
|
9
|
Mangga
|
![]() |
![]() |
|
10
|
Kol/kubis
|
![]() |
![]() |
|
11
|
kedondong
|
![]() |
![]() |
|
12
|
pepaya
|
![]() |
![]() |
|
13
|
Bawang merah
|
![]() |
![]() |
|
14
|
mentimun
|
![]() |
![]() |
|
15
|
sawi
|
![]() |
![]() |
|
4.2
pembahasan
Berdasarkan tabel diatas dari 15 komoditi yang di
analisisa perbedaaannya yaitu jeruk, Apel, Tomat, Cabe rawit, Pisang, Melon,
Wortel, Kentang, Mangga, Kol/ kubis, Kedondong, Pepaya, Bawang merah, Mentimun,
dan Sawi antara pasar Tradisional dengan pasar moderen dapat dibedakan dari
melihat gambar di atas dalam perlakuan penanganan pasca panen yang berbeda.
Dipasar tradisional swadaya sungguminasa dalam
penanaganan pasca panen tidak terlalu memperhatikan mutu dan kualitasnya, tidak
melakukan pemisahan kecil ataupun besarnya, tempatnya tidak teratur,
pencucicnnya tidak terlalu bersih, tidak melakukan pengemasan, tidak ditempat
pendinginan sehingga produknya cepat
rusak.
Di pasar moderen lotte mart panakkukang dalam
penanganan pasaca panen sangat memperhatikan mutu dan kualitanya mualai
penyortiran buah, pengemasannya ,penempatananya suhu yang dingin sehingga bisa
bertahan lama
V. PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang dapat ditarik dari praktek kunjungan pasar ini yaitu :
1. Buah dan sayuran merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami kerusakan
setelah pemanenan, baik kerusakan secara fisik, mekanis, maupun kerusakan
mikrobiologis. Kerusakan tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kesegaran
buah markisa sampai di tangan konsumen.
2. Sebagian
besar pedagang di pasar tradisional tidak melakukan perlakuan- perlakuan
khusus dalam usaha memperpanjang lama penyimpanan dan mempertahankan mutu
produk hortikultura.
3.
Penanganan pasca panen perlu memperhatikan sifat produk hortikultura yang mudah
rusak, bentuk komoditi, suhu, serta kelembaban udara.
5.2. Saran
Dalam
penanganan pasca panen pada tanaman buah dan sayur harus dilakukan sesuai langkah
penanganan pasca panen dengan baik dan benar sehingga menghasilkan
harga jual yang tinggi. Selain itu penaganan pasca panen yag baik dan benar
akan mempengaruhi daya beli konsumen sehinnga perlu adanya penanganan pasca panen
yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Rachmawan,Obin.2001 Laporan Panen dan Pasca Panen. dari http://blog.ub.ac.id/fitafitriya/2012/06/26/laporan-panen-dan-pasca-panen/
diakses tanggal 19 maret 2014.
Roosmani,
A.B. 1975. Percobaan Pendahuluan Terhadap Buah-buahan dan Sayur-sayuran
Indonesia. Buletin Penelitian Hortikutura LPH Pasar Minggu. 3 (2): 17-21.
Jakarta.
Rachmawan,Obin.2001.Membersihkan
Komoditas Pertanian. Dari :
http://mirror.unpad.ac.id/orari/pendidikan/materikejuruan/pertanian/pengendalian-m
utu/membersihkan
Sunarjono, H., 2004, Petunjuk
Praktis Budidaya Kentang. Jakarta: PT. Agro Media Pustaka
Tjitrosoepomo,
Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Anonim.
2011. Pepaya. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan
Ilmu Pengetahuan Teknologi, Sentra Informasi Iptek. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar