Jumat, 10 November 2017

LAPORAN IDENTIFIKASI PERBEDAAN PERLAKUAN PENANGANAN PASCA PANEN DI PASAR TRADISIONAL DAN MODEREN



LAPORAN
IDENTIFIKASI PERBEDAAN PERLAKUAN PENANGANAN PASCA PANEN DI PASAR TRADISIONAL DAN MODEREN
Oleh:
         ABD. BASIR S
105960178614
5.F


JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017












Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan ini. Dalam laporan ini kami akan mencoba menguraikan tentang   yang muda mudan dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis sendiri
Semoga laporan ini dapat membantu kita semua untuk mengerti tentang  keadan pemasaran pasar tradisional. Meskipun demikian, kami menyadari akan kelemahan dan kekurangnnya. Oleh sebab itu, segala kritik dan saran yang membangun akan diterima dengan ucapan terima kasih demi perbaikan laporan ini.










                                                                                                            Penyusun



                                                                                                            ABDBASIR S









I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
            Produk hortikultura merupakan produk yang mudah rusak sehingga butuh penanganan khusus pada tahapan pasca panen. Sementara itu, penanganan pasca panen buah dan sayuran seperti Indonesia belum mendapat perhatian yang cukup. Penyebab paling umum dan berkelanjutan dari susut pasca panen pada produk hortikultura di negara-negara berkembang adalah adanya penanganan yang kasar dan pendinginan serta suhu untuk mempertahankan suhu dingin masih belum mencukupi.
Buah dan sayuran merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami kerusakan setelah pemanenan, baik kerusakan secara fisik, mekanis, maupun kerusakan mikrobiologis. Kerusakan tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kesegaran buah markisa sampai di tangan konsumen, sedangkan konsumen menginginkan buah markisa diperolehnya dalam keadaan segar. Kerusakan-kerusakan tersebut selain berakibat menurunnya mutu fisik, juga menyebabkan penurunan nilai gizi.
Penanganan pasca panen (postharvest) sering disebut juga sebagai pengolahan primer (primary processing) merupakan istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen sampai komoditas  dapat dikonsumsi “segar” atau untuk persiapan pengolahan berikutnya. Umumnya perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk penampilan atau penampakan,kedalamnya termasuk berbagai aspek dari pemasaran dan distribusi. Pengolahan (secondary processing) merupakan tindakan yang mengubah hasil tanaman ke kondisi lain atau bentuk lain dengan tujuan dapat tahan lebih lama (pengawetan), mencegah perubahan yang tidak dikehendaki atau  untuk  penggunaan lain. Kedalamnya termasuk pengolahan pangan dan pengolahan industri.
Buah-buahan pada umumnya mempunyai musim dan penyebaran tertentu, sehingga penanganan untuk memperpanjang masa simpan buah sangat diperlukan. Usaha ini bertujuan untuk menjaga agar setelah tiba di tangan konsumen, selain mutu kesegarannya masih baik, kandungan vitamin dan nilai gizi lainnya masih tinggi. Perubahan mutu selama proses penyimpanan terjadi karena buah-buahan dan sayuran masih melakukan respirasi, dimana selama proses respirasi tersebut produk mengalami pematangan dan kemudian diikuti dengan proses pembusukkan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan praktikum kunjungan analisis pasar tadisional dan pasar modern (Mall) untuk mengetahui perbedaaan  dari 15 komodity upaya yang dilakukan untuk menekan kehilangan hasil baik kuantitas maupun kualitasnya melalui  penanganan pascapanen.

1.2         Rumusan Masalah
1.2.1  Bagaimana penanganan atau pegelolaan pasca panen bah dan sayur ?
1.2.2   Bagaimana teknik yang digunakan dalam penanganan atau pengelolaan pasca panen buah dan sayur?

1.3         Tujuan
1.3.1   Mengetahui penanganan atau pengelolahan pasca panen bah dan sayur
1.3.2   Mengetahui teknik yang di lakukan dalam penanganan atau pengelolaan pasca buah dan  panaen



BAB 11. TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Teknologi penanganan pasca panen
Penanganan buah dan sayur dilakukan untuk tujuan penyimpanan, transportasi dan kemudian pemasaran agar tidak terjadi kerusakan pada sayur. Langkah yang harus dilakukan dalam penanganan sayur setelah dipanen meliputi pemilihan (sorting), pemisahan berdasarkan umuran (sizing), pemilihan berdasarkan mutu (grading), dan pengepakan (packing). Namun demikian, untuk beberapa komoditi atau jenis sayur tertentu memerlukan tambahan penanganan seperti pencucian, penggunaan bahan kimia, pelapisan (coating-waxing), dan pendinginan awal (pre-cooling), serta pengikatan (bunching), pemotongan bagian-bagian yang tidak penting (trimming). ( Santoso: ----)
1.      Pendinginan Awal (Pre-Cooling)
Usaha menghilangkan panas lapang pada buah dan sayur akibat pemanenan di siang hari disebut pre-cooling atau pendinginan awal. Seperti diketahui suhu tinggi pada sayur yang diterima saat pemanenan akan merusak buah dan sayur selama didinginkan. Dalam satu wadah dapat terdiri hanya satu sayur atau terdiri dari banyak sayur. penyimpanan sehingga menurunkan kualitas. Makin cepat membuang panas di lapang, makin baik kemungkinan menjaga kualitas komoditi selama disimpan.
Pre-cooling dimaksudkan untuk memperlambat respirasi, menurunkan kepekaan terhadap serangan mikroba, mengurangi jumlah air yang hilang melalui transpirasi, dan memudahkan pemindahan ke dalam ruang penyimpanan dingin bila sistim ini digunakan. Pendinginan awal dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun umumnya dengan prinsip yang sama, yaitu memindahkan dengan cepat panas dari komoditi ke suatu media pendingin, seperti udara, air atau es. Waktu yang diperlukan sangat bervariasi, 30 menit atau kurang, tetapi mungkin pula lebih dari 24 jam. Perbedaan suhu antara media pendingin (coolant) dengan komoditi sayur harus segera dikurangi agar proses pre-cooling efektif. Penurunan atau pre cooling dapat dilakukan dengan menggunakan udara dingin pada teknik Air Cooling, air yang diberikan es batu pada teknik Water/Hydro Cooling, atau sistim vakum pada teknik Vacuum Cooling.
2.    Pencucian (washing)
Pencucian  dilakukan pada buah dan sayuran daun yang tumbuh dekat tanah untuk membersihkan kotoran yang menempel dan memberi kesegaran. Selain itu dengan pencucian juga dapat mengurangi residu pestisida dan hama penyakit yang terbawa. Pencucian disarankan  menggunakan air yang bersih, penggunaan desinfektan pada air pencuci sangat dianjurkan. Selain itu pencucian dapat dilakukan dengan menggunaan air, sikat, maupun detergen (NaOH 0.35%) dan klorin urang dari 50 ppm (Baliwati,dkk : 2004). Kentang dan ubi jalar tidak disarankan untuk dicuci. Pada mentimun pencucian berakibat buah tidak tahan simpan, karena lapisan lilin pada permukaan buah ikut tercuci.
3.    Pemilihan (Sorting)
Setelah pencucian dengan menggunakan air yang diberikan clorin, maka proses selanjutnya adalah pemilahan. Pemilahan terhadap buah dan sayur dilakukan untuk memisahkan sayur-sayur yang berbeda tingkat kematangan, berbeda bentuk (mallformation), dan juga berbeda warna maupun tanda-tanda lainnya yang merugikan (cacat) seperti luka, lecet, dan adanya infeksi penyakit maupun luka akibat hama.
4.    Pemisahan Berdasarkan Umuran (Sizing)
Pengukuran buah dan  sayur dimaksudkan untuk memilah-milah sayur berdasarkan ukuran, berat atau dimensi terhadap sayur-sayur yang telah dipilih (proses di atas – sorting). Proses pengukuran sayur dapat dilakukan secara manual maupun mekanik.
5.    Pemilihan Berdasarkan Mutu (Grading)
Pada tahapan ini,buah dan sayur dipilah-pilah berdasarkan tingkatan kualitas pasar (grade). Tingkatan kualitas dimaksud adalah kualitas yang telah ditetapkan sebagai patokan penilaian ataupun ditetapkan sendiri oleh produsen. Pemilihan kualitas sayuran dapat berdasarkan ukuran, bentuk, kondisi, dan tingkat kemasakan. Tahapan ini tentunya sangat penting bagi sayuran yang ditujukan untuk pasar segar. Namun tahapan ini tidak perlu dilakukan bilamana sayuran ditujukan untuk proses pengolahan.
6.    Trimming, Waxing, Coating, dan Curing
Trimming diartikan sebagai pemotongan bagian-bagian sayur yang tidak dikehendaki karena mengganggu penampilannya. Bagian yang dipotong tersebut biasanya perakaran maupun daun-daun tua maupun mongering seperti pada lobak, wortel, bayam, seledri, dan selada. Sedangkan curing merupakan tindakan penyembuhan luka pada komoditi panenan. Luka dapat disebabkan karena pemotongan maupun luka goresan dan benturan saat panen. Curing sering diterapkan pada sayuran seperti bawang-bawangan dan kentang, yaitu dengan cara membiarkan komoditi terkena sinar matahari sejenak setelah panen atau dengan perlakuan pemanasan dengan menggunakan uap secara terkendali.
Waxing atau coating merupakan pelapisan permukaan sayuran agar menambah baik penampilannya. Pelapisan dimaksudkan untuk melapisi permukaan sayur dengan bahan yang dapat menekan laju respirasi maupun menekan laju transpirasi sayur selama penyimpanan atau pemasaran. Pelapisan juga bertujuan untuk menambah perlindungan bagi sayur terhadap pengaruh luar. Beberapa penelitian membuktikan bahwa pelapisan dapat memperpanjang masa simpan dan menjaga produk segar dari kerusakan seperti pada tomat, timun, cabe besar, dan terong. Pelilinan (waxing) merupakan salah satu pelapisan pada sayur untuk menambah lapisan lilin alami yang biasanya hilang saat pencucian, dan juga untuk menambah kilap  buah dan sayur. Keuntungan lain pelilinan adalah menutup luka yang ada pada permukaan sayuran.
Pelilinan atau pelapisan digunakan untuk memperpanjang masa segar komoditi sayur atau memperpanjang daya tahan simpan sayur bilamana fasilitas pendinginan (ruang simpan dingin) tidak tersedia. Namun perlu diingat bahwa tidak semua komoditi sayur memiliki respon yang baik terhadap pelilinan. Faktor kritis pelilinan sayur adalah tingkat ketebalan lapisan lilin. Terlalu tipis lapisan lilin yang terbentuk di permukaan sayur membuat pelilinan tidak efektif, namun bila pelapisan terlalu tebal akan menyebabkan kebusukan sayur. Beberapa macam lilin yang digunakan dalam upaya memperpanjang masa simpan dan kesegaran sayur adalah lilin tebu (sugarcane wax) lilin karnauba (carnauba wax), lilin lebah madu (bees wax) dan sebagainya. Lilin komersial siap pakai yang dapat dan sering digunakan para produsen sayur adalah lilin dengan nama dagang Brogdex-Britex Wax. Salah satu jenis pelapis lainnya yang dikembangkan selain pelapis lilin adalah khitosan, yaitu polisakarida yang berasal dari limbah kulit udang-udangan (Crustaceae), kepiting dan rajungan (Crab). Teknik aplikasi atau penggunaan lilin atau pelapisan pada sayur dapat dengan menggunakan teknik pencelupan sayur dalam larutan (dipping), pembusaan (foaming), penyemprotan (spraying), dan pengolesan atau penyikatan (brushing). Tentunya jenis sayur yang berbeda memerlukan teknik pelilinan yang berbeda.
7.      Pengepakan (Packing)
Pengepakan buah dan sayur untuk konsumen sering dilakukan dengan membungkus sayur dengan plastik ataupun bahan lain yang kemudian dimasukkan ke dalam wadah (kontainer) yang lebih besar. Bahan pembungkus lainnya dapat berupa bahan pulp maupun kertas. Sayur-sayur dalam wadah disesuaikan dengan kualitas yang di sayur-sayur tersebut diatur peletakannya secara rapi sehingga kemungkinan berbenturan satu sama lainnya tidak terjadi. Sedangkan bahan wadah yang dapat digunakan dapat berupa kertas kanton (dalam berbagai tipe dan jenis), peti kayu, ataupun plastik.
Pada buah dan sayur yang ditujukan untuk para konsumen, pengepakan sering dilakukan dengan membungkus sayur dengan plastik ataupun bahan lain yang kemudian dimasukkan ke dalam wadah (kontainer) yang lebih besar. Bahan pembungkus lainnya dapat berupa bahan pulp, polyethilen maupun kertas. Kemudian dimasukkan dalam suatu wadah. Dalam satu wadah dapat terdiri hanya satu sayur atau terdiri dari banyak sayur. Bahan wadah yang digunakan dapat berupa kertas kanton (dalam berbagai tipe dan jenis), peti kayu, ataupun plastik.
Faktor penting dalam pengepakan yang perlu diperhatikan adalah bahwa bahan pembungkus setidaknya memiliki permeabilitas terhadap keluar masuknya oksigen dan karbondioksida. Seringkali atmosfir dalam ruang pak yang menggunakan plastic tercapai kestabilan udara yang cukup terkendali. Pada kondisi tersebut biasanya kandungan oksigen rendah sedangkan karbondioksidanya lebih tinggi baik terhadap oksigen maupun udara di luar pak (dos). Tekanan uap air relative stabil sehingga menguntungkan untuk mempertahankan kualitas sayur dalam simpanan. Bahan pak (dos) luar yang akan menampung beberapa dos berukuran kecil sering disebut sebakai MasterContainer. Bahan dos tersebut dapat berupa karton maupun kayu, yang penting memiliki sifat tahan kerusakan akibat air, gesekan, tumpukan dan tidak goyah, tidak berat.

   2.2   Komoditi jeruk
Aktivitas panen dan penanganan seperti teknik pemanenan yang kurang tepat, sortasi yang tidak baik, pengemasan dan pengepakan, pengangkutan dan penyimpanan yang kurang diperhatikan serta adanya serangan hama dan penyakit dapat menyebabkan kerusakan buah jeruk, (Tjitrosoepomo.1985).  
Menurut Tjitrosoepomo (1985), Adapun tujuan dari adanya kegiatan pasca paen ialah sebagai berikut; Mengurangi susut (jumlah dan mutu) pada tiap rantai penanganan. Mempertahankan mutu (yang diinginkan konsumen). Memperpanjang masa simpan (shelf life) sehingga dapat meningkatkan ketersediaan/pasokan di lokasi manapun dan sepanjang waktu. Mencegah kerusakan fisiologis dan mikrobiologis. 
Untuk mencapai tujuan penanganan pasca panen, maka diperlukan;  Pemahaman akan karakteristik pascapanen produk hortikultura (biological factor). Pemahaman akan interaksi produk dengan lingkungan (environmental factor). Pemahaman dan penerapan teknik pascapanen yang layak teknis, ekonomis dan sosial.

2.3  Komoditi Apel
Apel (Pyrus malus L) adalah tanaman yang berasal dari daerah subtropis. Kemudian tanaman ini mulai di budidayakan ke daerah tropik. Buah apel lebih tahan lama daripada buah-buahan lainnya. Buah apel yang telah disimpan memiliki rasa yang enak, daripada pada saat dipetik. Buah apel setelah dipetik tetap mengalami pernafasan dan penguapan, maka apabila dibiarkan buah akan masak, kelewat masak, dan akan membusuk. Buah apel yang disimpan di dalam kamar pendingin dapat tetap segar selama 4 – 7 bulan. Pada suhu 32 – 33 (0 sampai 6). Buah apel tidak boleh disimpan  bersama-sama dengan  bahan-bahan  lain  yang  mempunyai   aroma kuat,   misalnya  bawang, minyak  tanah,  dan   sebagainya,  karena   buah   apel  dapat mengabsorbsi bau, (Fitriah.2012).
Pada buah apel ada beberapa karakter yang dapat dinilai seperti, Nilai fisiknya yaitu Kekerasan, berat jenis, dan mudahnya lepas dari tangkainya, Nilai visualnya yaitu Warna kulit dan ukuran, Analisis Kimianya yaitu Kadar vitamin, Kadar pati dan asam, Metode fisiologi yaitu Respirasi, dan Kandungan dari buah apel     antara  lain            yaitu    seperti vitamin A 2%, vitamin C 11,42 mg/100 gram, besi 2%, air 83,39%, karbohidrat : 7%, mempunyai rasa manis dan sedikit asam        untuk   buah segarnya, (Fitriah.2012)

2.4  Komodity Tomat
Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh liar di Ekuador dan Peru, dan telah menyebar luas di seluruh dunia, dan dibeberapa negara tropik menjadi berkembang secara alami (Harjadi, 1989).
Tomat cherry memiliki beberapa varietas diantaranya adalah Royal Red Cherry yang berdiameter 3,1 - 3.5 cm dan Short Red Cherry yang berdiameter 2 – 2,5 cm,
Oregon Cherry yang diameternya 2.5-3.5 cm dengan bobot 11-15 g, Golden Pearl yang bobotnya 8-10 g dan SeasonRed yang bobotnya 25 g diproduksi oleh Known You Seed di Taiwan (Cahyono,2008).
Tomat merupakan tanaman herba semusim berbentuk perdu atau semak. Tanaman ini diperbanyak dengan biji dan disemaikan terlebih dahulu. Penanaman dilakukan ketika tanaman berumur sekitar tiga minggu di persemaian.
(Nurtika dan Abidin, 1997).
Tomat dibudidayakan dalam bedengan dengan lebar 150-180 cm.Tomat yang dijual dalam bentuk segar ditanam menggunakan jarak tanam dalam baris 60-75 cm dan antar baris 120-150 cm sehingga populasinya 8. 000-14.000 tanaman/ha (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).Tomat membutuhkan iklim yang kering dan dingin untuk pertumbuhannyaagar diperoleh produksi yang tinggi dan baik. Suhu optimal untuk pertumbuhan dan pembungaan tomat adalah 21-24 ºC dan suhu malam 18-22
Kematangan buah tomat dari tingkat kematangan masih muda sampai tua berturut-turut adalah hijau masak, pecah warna, kekuning-kuningan, merah
jambu, merah cerah, dan merah masak sempurna. Pada umumnya tomat yang sudah siap dipanen pertama pada umur ± 75 hari setelah pindah tanam atau ± 3 bulan setelah menyebar benih. Saat pemetikan buah yang tepat disesuaikan dengan tujuan konsumsi ataupun sasaran pemasaran. Bila tujuan pemasaran jarak jauh atau diekspor, idealnya dipanen pada waktu buah stadium hijau matang kira-kira 3-7 hari sebelum menjadi merah. Sementara untuk tujuan pemasaran jarak dekat (pasar lokal), dapat dipanen sewaktu tomat berwarna kekuning-kuningan. Cara panen tomat adalah dipetik secara hati-hati agar tidak rusak. Panen pada tomat cherry disertakan tangkai atau gagang buahnya. Panen dilakukan secara periodik satu atau dua kali seminggu tergantung keadaan buah yang masak dan waktu panen yang tepat adalah pada cuaca terang (Marpaung, 1997).
Penyimpanan buah-buahan dan sayur-sayuran segar dapat memperpanjang daya gunanya dan dalam keadaan tertentu memperbaiki mutunya. Selain itu penyimpanan bertujuan untuk menghindarkan melimpahnya produk ke pasar, membantu pemasaran yang teratur, meningkatkan keuntungan produsen, dan mempertahankan mutu produk-produk yang masih hidup. Umur simpan dapat diperpanjang dengan pengendalian penyakit-penyakit pasca panen, pengaturan atmosfer, perlakuan kimiawi, penyinaran, dan pendinginan. Sampai sekarang pendinginan merupakan satu-satunya cara yang ekonomis untuk penyimpanan jangka panjang bagi buah-buahan dan sayur-sayuran segar (Pantastico et al, 1986).
Umur simpan tomat tergantung pada tingkat kematangan pada saat panen dan kualitas buah yang diinginkan. Idealnya tomat yang hijau masak dapat disimpan dalam waktu 7-10 hari pada suhu 13-18 ºC dan kelembaban udara 85-90 % (Opena dan Vossen, 1994).
2.5  Komoditi cabe rawit
Cabe rawit  sering juga disebut Hot Chili, cabe kecil atau “lombok jempling”. Cabe yang disimpan dengan suhu sekitar 4 o C dengan kelembaban 95-98 % dapat tahan sekitar 4 minggu dan pada 10 o C masih dalam keadaan baik sampai 16 hari.
Pengeringan .
Pengawetan dalam keadaan segar waktunya tidak akan lama, tetapi kalu dikeringkan waktu simpan bisa lama.  Cabe yang akan dikeringkan harus dipilih yng berkualitas baik, tangkai dibuang dan kemudian cabe dicuci bersih.  Kemudian dimasukkan dalam air panas beberapa menit, lalu didinginkan dengan cara dicelupkan dalam air dingin.  Selanjutnya ditiriskan di atas anyaman bambu atau kawat kasa sehingga airnya keluar semua.  Kemudian dijemur pada panas matahari sampai kering, biasanya kurang lebih selama satu minggu.
Pada musim hujan , pengeringan buah cabe dapat menggunakan pemanas.  Di dalam ruangan pemanas tersebut diberi para-para beberpa lapis untuk meletakkan cabe.  Lapisan cabe jangan terlalu tebal, cukup satu lapis agar cepat kering.  Sebagai sumber panas dapa memakai lampu listrik , kompor, tungku arang atau bahan lainnya.
Ruangan pemanas dapat dibuat dari kayu yang berbentuk seperti almari dan bagian dalam diberi lapisan seng.  Sumber pemanas diletakkan di bawah almari yang telah diberi lubang, di atas pemans ada para-para beberapa lapis.  Bagian atas almari diberi ventilasi yang yang penutupnya dapat diatur besar kecilnya lubang untuk mengatur suhu dalam almari. Suhu dalam almari diatur lebih kurang 60oC, jangan terlalu panas dengan mengatur ventilasi.  Apabila telah melebihi 60oC maka lubang ventilasi dibuka lebar.
Supaya cabe keringnya merata maka para-para bisa diubah letaknya, misal yang  atas di pindah ke bawah demikian sebaliknya.  Banyaknya para-para tergantung besar kecilnya almari dan jarak antar para-para sekitar 15-20 cm. Cabe dibolak-balik letaknya setiap 3 jam.
Dengan menggunakan alat pemanas paling lama dua hari buah cabe akan kering. Buah cabe dianggap kering bila kandungan airnya tinggal 8 %.  Dalam keadaan demikian buah cabe dapat disimpan lebih lama, namun harus dihindarkan dari serangan hama dan disimpan dalam wadah kedap udara.  Cabe yang dikeringkan dapat langsung dipakai atau dapat digunakan untuk campuran saos dan cabe bubuk.
Kemasasan Cabe
Sebelum buah cabe dijual sebaiknya dilakukan seleksi dengan memisahkan buah cabe yang bagus dan yang jelek kualitasnya.  Cabe-cabe tersebut harus dikemas dengan baik agar tidak rusak.  Dengan kemasan yang baik tentu akan menambah beaya namun kerusakan akan jauh lebih sedikit sehingga keuntungan masih lebih tinggi.
Buah cabe dapat dikemas dengan kantung plastik yang telah diberi lubang-lubang kecil dengan jarak anat lubang sekitar 5-10 cm .  setiap kantung plastik dapat diisi cabe dengan berat 0,5 kg; 1 kg; 1,5 kg atau 2 kg.  Selanjutnya kantung plastik diletakkan pada wadah yang dibuat dari bambu atau kardus.  Ukuran wadah sebaiknya tidak terlalu besar yaitu antara 10 x 25 x 25 cm sampai 35 x 50 x 40 cm.  Setiap sisi wadah diberi lubang dengan garis tengah 1 cm dan jarak antar lubang 10 cm.
2.6  komoditi pisang
1. Pengumpulan, tandan pisang yang telah dipanen dikumpulkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung. Daun pisang dapat digunakan untuk alas agar buah pisang tidak luka dan dapat dipakai untuk penutup dari sinar matahari. Sebelum dilakukan sortasi, tandan buah disisir dengan menggunakan pisau yang tajam.

2. Sortasi dan pengkelasan (Grading), setelah dilakukan pemisahan sisir buah dari tandannya, selanjutnya buah pisang diseleksi yaitu dengan memisahkan buah yang tidak memenuhi syarat untuk dipasarkan, misalnya kerusakan mekanis, serangan hama dan penyakit, busuk, buah yang tidak normal bentuk, ukuran dan tingkat ketuaannya (terlalu muda/ terlalu tua). Pengkelasan dilakukan sesuai dengan permintaan pasar, berdasarkan asal sisir tandan atau bobot buah. Kelas A jika berasal dari 3 sisir pertama pada tandannya atau 16 buah/3 kg, kelas B berasal dari sisir ke 4-6 atau 20 buah/3 kg dan kelas C berasal dari sisir ke 7 sampai paling bawah atau 30 buah/3 kg. Pada dasarnya persyaratan ekspor sesuai dengan permintaan negara tujuan dan persyaratan mutu buah tergantung kesepakatan antara eksportir dan importirnya. Umumnya persyaratan mutu buah pisang yang akan diekspor adalah seragam baik tingkat ketuaan, ukuran maupun kultivarnya. Buah mempunyai bentuk bagus, ukuran dan jumlah buah/sisir tertentu, tangkai buah pada sisiran kuat, bersih, bebas dari kotoran, serangan jamur, bakteri dan serangga, bebas kerusakan (perubahan warna, cacat, memar, busuk, dll) dan menggunakan kemasan tertentu.
3. Pemeraman, buah pisang tergolong buah-buahan yang klimaterik artinya buah yang kurang tua saat panen akan menjadi matang selama penyimpanan, hanya saja mutunya kurang baik, rasanya kurang enak dan aromanya kurang kuat. Buah yang cukup tingkat ketuaannya akan menjadi matang dalam 4-5 hari setelah dipanen tanpa perlakuan pemeraman, namun kematangan tidak seragam dan warnanya kurang menarik. Pemeraman bertujuan mempercepat proses pematangan buah serempak sehingga didapatkan kematangan buah dan warna yang seragam. Pemeraman dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain : a). Pemeraman tradisional, buah pisang diperam di dalam tempayan dari tanah liat diikuti dengan pengasapan secukupnya agar udara dalam tempayan menjadi panas karena panas menyebabkan buah menjadi cepat matang. Lama pemeraman antara 2-3 hari. b). Pemeraman dengan pengemposan, banyak dilakukan oleh pedagang pengumpul di sentra produksi pisang. Buah pisang yang akan diempos biasanya dalam bentuk tandan, dimasukkan ke dalam lubang di dalam tanah. Untuk seratus tandan pisang diperlukan lubang 2x3x3 m³, lubang diberi tutup dari papan dan ditimbun dengan tanah, penutupan disisakan untuk tempat masuknya pisang. Pada ujung lubang diberi bumbung bambu untuk tempat masuknya asap. Daun kelapa dibakar, asapnya dimasukkan ke dalam bumbung bambu dengan cara dikipas. Pengasapan dilakukan 2 kali setiap 12 jam sekali, setelah pengasapan buah dibiarkan di dalam lubang selama 24 jam. Setelah 24 jam buah diangkat dari dalam lubang, diangin-anginkan, kemudian dibungkus daun pisang kering dan siap diangkut ke daerah pemasarannya. c). Pemeraman dengan Karbit, karbit (CaC2) adalah bahan penghasil gas karbit yang dapat memacu kematangan buah. Pemeraman dengan karbit dapat dilakukan di pohon atau sesudah dipanen. Bila buah masih dipohon, segumpal karbit (± 10 gr) diletakkan diantara sisir pisang dibagian tengah. Tandan pisang kemudian dibungkus dengan plastik atau karung dan diikat di bagian atasnya. Buah yang diperam setelah panen, caranya karbit dibungkus kertas, setiap 1 ton buah pisang dipergunakan karbit sebanyak 1 kg, buah pisang kemudian ditutup dengan plastik dan dibiarkan selama 2 hari, kemudian tutup dibuka dan buah diangin-anginkan. Dalam 2-3 hari buah akan menjadi matang secara serempak. d). Pemeraman dengan daun gamal, buah pisang diperam disusun dalam keranjang yang diberi alas koran. Bagian atasnya diberi daun gamal kurang lebih 20% dari berat pisang yang diperam, dalam 3-4 hari buah pisang akan menjadi masak. Selain daun gamal dapat pula dipergunakan daun mindi (Melna Zedarch) atau daun picung (Pangum edule).
4. Pengemasan, memudahkan pengangkutan dan melindungi buah dari kerusakan mekanis yang terjadi selama pengangkutan. Untuk jarak dekat menggunakan keranjang bambu dengan kapasitas 3-4 sisir, namun ada yang menggunakan peti kayu berisi 150 pisang gandeng (per 2 buah). Pengemasan untuk ekspor umumnya menggunakan karton berventilasi dan menggunakan lapisan plastik. Setelah buah dipetik harus dicuci dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida, kemudian diberi perlakuan untuk mempertahankan kesegarannya. Kemasan yang digunakan mempunyai kapasitas 18,14 kg dan 12 kg, karton bagian dalam sebaiknya dilapisi lilin dan untuk menghambat pematangan diberikan KmnO4 sebanyak 0,1 ml/sisir. Sebelum dikemas dilakukan pencegahan penyakit antraknos yaitu setelah buah dicuci selanjutnya dilakukan pencelupan ke dalam air panas suhu 55 °C selama 2 meni. Pencegahan akan lebih baik jika pencelupan ditambah dengan benomil 200 ppm. Kemasan untuk pemasaran dalam negeri dianjurkan buah berupa sisiran dengan menggunakan peti kayu ukuran 19 cm x 33 cm x 23 cm dengan menggunakan lapisan lembaran plastik berlubang dan bantalan kertas potongan.
5. Penyimpanan, bertujuan untuk menghambat proses enzimatis, dengan meniadakan terjadinya respirasi dan transpirasi. Beberapa cara penyimpanan diantaranya : a). Penyimpanan dengan pelapisan lilin, yaitu penyimpanan buah dengan mencelupkan ke dalam emulsi lilin yang dikombinasikan dengan pestisida. Cara ini pisang dapat tahan disimpan selama 13 hari; b). Penyimpanan dengan suhu rendah, suhu 10°C dan kelembaban 85-90%. Buah yang disimpan masih berwarna hijau akan bertahan selama 5 minggu dan buah yang sudah masak mempunyai daya simpan 11 hari; c). Penyimpanan dengan menggunakan KmnO4 yaitu dengan tujuan untuk menyerap etilen yang dihasilkan oleh buah, tahan disimpan selama 3 minggu pada suhu ruang.
2.7  komoditi melon
Pascapanen merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah melon dipanen. Kesalahan penanganan dalam pascapanen akan mempengaruhi kualitas/penampilan buah melon.
a.       Tahap Pengumpulan
Buah-buah melon yang telah dipanen dikumpulkan pada suatu tempat untuk segera disortir. Saat panen kerusakan buah sebaiknya dihindari akibat terbentur atau cacar fisik lainnya, karena akan mengurangi harga jual terutama untuk konsumsi pasar swalayan.
b.      Tahap Penyortiran dan Penggolongan
Melon yang telah dipanen, diangkut dan dikumpulkan di suatu tempat kemudian di sortasi. Buah yang sehat dan utuh dipisahkan dari buah yang cacat fisik maupun cacat karena serangan hama dan penyakit. Buah melon yang berkualitas bagus kemudian di lakukan penggolongan melon berdasarkan tiga kelas.
Kelas M1 yaitu melon berbobot 1,5 kg/lebih jaring berbentuk sempurna.
Kelas M2 yaitu melon berbobot 1–1,5 kg jaringnya terbentuk hanya 70% saja.
Kelas M3 yaitu bobot buahnya bervariasi dengan jaring sedikit atau tidak berbentuk sama sekali. Hal ini terjadi karena tanaman belum saatnya dipanen tapi telah mati terlebih dahulu akibat serangan hama.
c.   Tahap Penyimpanan
Buah melon yang sudah dipetik, tidak boleh ditumpuk satu sama lain, dan buah yang belum terangkut dapat disimpan dalam gudang penyimpanan. Buah ditata secara rapi dengan dilapisi jerami kering. Tempat penyimpanan buah harus bersih, kering dan bebas dari hama seperti kecoa atau tikus. Melon yang sudah terlalu masak jangan disatukan dengan buah yang setengah masak (mengkal). Bila ada buah yang mulai busuk harus di jauhkan dari tempat penyimpanan
c.     Tahap Pengemasan dan Pengangkutan
Kemasan untuk melon dapat dibuat dari kayu biasa dan banyak memiliki lubang angin. Cara menyusunnya, bagian dasar kotak diberi jerami kering yang cukup tebal, kemudian melon diberikan jerami juga di bagian atas buahnya. Sebelum kotak ditutup, buah melon diberi lapisan jerami lagi.
Selain dari kotak, pengemasan bisa juga menggunakan rajutan benang yang mirip jala, kemudian dimasukkan dalam kemasan karton. Dalam karton masih dilapisi dengan jerami kering atau kertas hancuran. Dengan kemasan seperti ini akan lebih terjamin dibanding dengan menggunakan kotak dari kayu (cara tradisional).
Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut buah melon yang akan dibawa ke pasar tergantung jarak yang ditempuh. Buah yang akan di ekspor biasanya dipak secara khusus dengan peti kemas yang terbuat dari kayu, karton atau kotak plastik. Di kargo pesawat, peti kemas melon dimasukkan ke dalam kontainer pendingin agar buah tetap segar jika sampai ke tempat tujuan.

2.8  komoditi wortel
Panen wortel dilakukan dengan cara mencabut seluruh bagian tanaman dengan menggunakan tangan atau cangkul kecil. Pembersihan awal bisa berupa pembuangan daun-daun wortel (bila permintaan pasar berupa wortel tanpa daun). Tapi bila permintaannya dengan daun, maka daun-daun wortel itu tidak perlu dibuang, cukup diikat saja,  kemudian dibawa ke gudang dengan wadah karung plastik.

Proses pencucian pada wortel setelah panen dimaksudkan untuk membersihkannya dari kotoran-kotoran tanah. Mencucinya bisa satu-satu dengan tangan dibawah air yang mengalir, atau wortel dimasukan kedalam wadah berpori (kantung plastik jala), kemudian masukkan ke dalam bak air besar, kedua ujung karung ini di gerakkan oleh dua orang  masing-maing pada ujung karung. Prinsip pencucian ini adalah gesekan antara wortel yang dapat mengikis kotoran kasar.

Proses pengeringan dilakukan untuk meniriskan air sisa pencucian. Hal ini perlu dilakukan agar wortel tidak lembab sehingga tidak mudah busuk. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan kipas angin. Selanjutnya wortel dibersihkan dari bagian-bagian yang tidak dikehendaki yaitu bagian pangkal wortel.
  1. Pembersihan.

Pembersihan bertujuan untuk menghilangkan semua kotoran yang masih menempel pada umbi wortel, yaitu tanah yang terbawa pada waktu pencabutan dan bagian- bagian tanaman yang menempel pada umbi, misalnya batang daun, dan akar. Kotoran- kotoran yang masih menempel pada unbi dapat menjadi sunber kontaminasi berbagai jenis pathogen yang dfapat menginfeksi umbi dan menimbulkan penyakit yang merusak umbi selama penyimpanan. Pembersihan dilakukan dengan memotong bagian tanaman dengan menyisakan tangkai daun secukupnya, kemudian membersihkan segala macam kotoran yang melekat.
  1. Pencucian
Pencucian merupakan pembersihan umbi wortel lebih lanjut. Pencucian sebaiknya digunakan dengan menggunakan air bersih, baik air yang mengalir atau air yang didalan bak. Jika menggunakan air yang didalam bak, pencucian dilakukan dengan cara penyemprotan. Selanjutnya umbi wortel yang telah dicuci ditiriskan pada rak-rak penirisan ditempat yang kering.

Pencucian dapat meningkatkan kebersihan umbi wortel, sehingga dapat mengurangi, bahkan meniadakan jasad-jasad renik yang menempel pada umbi. Dengan demikaian, umbi lebih aman dari serangan pathogen selama penyiimpanan sampai kekonsumen. Pencucian juga berfungsi untuk menurunkan suhu umbi, sehingga dapat memperpanjang kesegaran umbi. Selain itu, pencucian juga membuat penampilan umbi wortel labih menarik, sehingga meningkatkan daya tarik komsumen.
  1. Sortasi dan grading
Sortasi merupakan kegiatan memisahkan umbi yang sehat (baik) dari umbi yang rusak, miasalnya cacat/luka, terserang penyakit, busuk, terserang hama, dan lain-lain. Dengan demikian penuaran penyakit dari umbii yang sakit atau rusak ke umbi yang sehat dapat dicegah.
Setelah sortasi dilakukan pengelompokan (grading) umbi wortel yang sehat berdasarkan ukuran besar atau berat umbi, sehingga didapatkan umbi-umbi yang seragam menurut kelas mutunya. Darai hasil pengelompokan ini akan diperoleh umbi kelas I, kelas II, kelas IIIdan seterusnya. Grading juga dapat dilakukan bersamaan dengan sortasi.
Berdasarkan ukuran dan tingkat kerusakannya, umbi wortel dapat dikelompokkan kedalam empat kelas mutu sebagai berikut.
  1. Kelas mutu I, terdiri atas umbi wortel yang berukuran besar, dengan diameter antara 3 cm – 5 cm dan berat lebih dari 300 g, memiliki tekstur keras namun tidak mengayu, berwarna normal, permukaan cukup rata, varietas seragam, tidak cacat, dan tidak terinfeksi hama dan penyakit.
  2. Kelas mutu II, terdiri atas umbi wortel yang berukuran sedang, dengan diameter antara 1.5cm – 3 cm dan berat antara 200 g – 300 g, memiliki tekstur keras namun tidak mengayu, berwarna normal, permukaan cukup rata, varietas seragam, tidak cacat, dan tidak terinfeksi hama dan penyakit
  3. Kelas mutu III, terdiri atas umbi wortel yang berukuran kecil, dengan diameter kurang dari 1.5 cm dan berta kurang dari200 g, memiliki tekstur keras namun tidak mengayu, berwarna normal, permukaan cukup rata, varietas seragam, tidak cacat, dan tidak terinfeksi hama dan penyakit
  4. Kelas mutu IV, terdiri atas umbi wortel yang memiliki ukuran umbi kelas I, II, dan III, tyetapi mempunyai cacat, baik yang disebabkan oleh factor mekanis maupun serangan hama dan penyakit

Grading dapat dilakukan dengan cara membuat lubang pada sebuah papan menurut ketentuan pada setiap kelas. Kemudian umbi wortel yang telah disortasi dimasukkan kedalam  lubang tersebut untuk mendapatkan ukuran yang sesuai.
Dengan sortasi dan grading, petani produsen dan konsumen akan mendapat beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut.
  1. memudahkan pemasaran, menurut standar mutu yang dikehendaki pasar.
  2. Memudahkan penentuan harga ( menurut kelas umbi) sehingga dapat memperoleh keuntungan yang lebih baik jika dibandingkan dengan penentuan haraga secara rata-rata.
  3. Memudahkan pengemasan dan penyusunan dalam wadah, sehingga memperkecil kerusakan pada saat pengangkutan.
  4. Memudahkan konsumen untuk mendapat kualitas wortel yang dikehendaki, menurut kemampuan dan keperluannya dengan harga yang dapat dijangkau.
  5. Meningkatkan kepercayaan serta kepuasan konsumen, sehingga menjamin kesetabilan pemasaran.
2.9  komoditi kentang
Tahap pasca panen kentang yang perlu dilakukan supaya diperoleh umbi kentang yang bermutu baik pada dasarnya meliputi tahap pembersihan, sortasi dan grading, penyimpanan dan pengemasan. Ada pun tahap  pasca panen tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Tahap Pembersihan
Tahap Pembersihan merupakan proses menghilangkan kotoran yang menempel pada umbi. Tujuannya untuk menghilangkan kotoran yang masih menempel pada umbi supaya umbi terlihat bersih. Umbi kentang dibersihkan dari segala kotoran yang menempel pada umbi seperti tanah, sisa tanaman atau akar tanaman dipangkas, kemudian  dicuci  dengan air bersih. Cara mencucinya dapat dilakukan dengan cara memasukkan umbi kedalam bak air atau dilakukan pencucian dalam air yang mengalir. Umbi-umbi yang sudah dibersihkan tersebut ditaruh pada terpal atau bahan lain untuk dikeringanginkan. Dalam pengeringan umbi yang baru dicuci itu jangan dikeringkan langsung pada sinar matahari.
b.      Tahap Sortasi dan Grading
Tahap Sortasi dan Grading merupakan  proses pemilihan dan pemisahan umbi berdasarkan kurang baik untuk memperoleh umbi yang seragam dalam ukuran dan kualitasnya. Caranya, dengan memilih  umbi yang sudah dibersihkan itu antara umbi yang baik dan umbi yang kurang baik berdasarkan: (1) Ada tidaknya cacat pada umbi, (2) Normal tidaknya bentuk dan ukuran umbi, dan (3) Ada tidaknya serangan hama atau penyakit pada umbi. Umbi yang sudah dipilih itu dipilah-pilah lagi berdasarkan kualitas dan ukuran (grading/pengklasifikasian).
c.     Tahap Penyimpanan
        Dalam Tahap Penyimpanan, setelah umbi kentang dimasukkan kedalam wadah berupa kotak kayu/krat/keranjang/waring, kemudian wadah itu dimasukkan ke dalam ruang penyimpanan yang disusun secara rapi. Jika wadah berisi kentang itu disimpan dalam gudang, usahakan gudang penyimpanan mempunyai ventilasi udara yang cukup supaya sirkulasi udara lancar dan kelembabannya sekitar 65-75%dan gudang dalam keadaan bersih
d.    Tahap Pengemasan
Tahap Pengemasan bertujuan untuk melindungi hasil terhadap kerusakan, mengurangi kehilangan air, dan mempermudah pengangkutan dan perhitungan.Caranya, umbi yang sudah dipilih sesuai kualitasnya dikemas dalam wadah tertentu, misalnya dengan karung, jaring plastik/waring yang bersih dan tidak ada sisa bahan lainnya. Wadah berisi kentang itu ujungnya ditutup rapat-rapat, misalnya dijahit dengan jarum karung atau tali plastik.

2.10 komoditi mangga

 Penanganan pascapanen hasil pertanian bertujuan untuk menekan tingkat kerusakan hasil panen komoditas pertanian dengan meningkatkan daya simpan dan daya guna komoditas pertanian agar dapat menunjang usaha penyediaan bahan baku industri dalam negeri, meningkatkan nilai tambah dan pendapatan, meningkatkan devisa negara dan perluasan kesempatan kerja serta melestarikan sumberdaya alam dan lingkugan hidup.

 Langkah –langkah penanganan pasca panen buah mangga:

    1. Waktu pemetikan buah antara jam 07.00-08.00 wib ,maupun sesuai kebiasaan daerah tertentu, buah yang di petik tidak langsung terkena sinar matahari karena akan mempercepat perusakan buah .

        Buah yang dipanen dengan menggunakan tangkai menunjukkan getah yang lebih bersih berbeda dengan buah yang tidak menggunakan tangkai lebih tampak kotor. Buah mangga dipanen dengan tingkat ketuaan85% yaitu berumur 110 – 120 hari semenjak bunga mekar dengan warna hijaudengan pangkal kemerahan. Buah mangga dipanen dengan menyisakan tangkai sepanjang 10 - 15 mm.

        Hal ini dikarenakan dengan menyisakan tangkai tidak akan terjadi penyebaran getah. Getah ini diperkirakan akan mempercepat kerusakan buah dan mendorong terjadinya stem end rot dan akan mengotori permukaan buahsehingga buah tetap terlihat bersih. Dalam tahap pemanenan buah tidak bolehdilempar untuk mengurangikerusakan akibat memar.Waktu panen dan cara petik yang tepatdapat menekan kerusakan dan meningkatkan kualitas terutama untuk  pemasaran eskspor.

     2. Membersihkan buah : Apabila saat panen digunakan gunting untuk memanen buah, setidaknya 10 cm dari tangkai harus dipertahankan. Dengan demikian getah yang sangatlekat dan mudah mengalir pada buah mangga yang baru dipetik, tidak akanmengotori  buah

        Buah mangga, khususnya varietas berwarna hijau di Indonesia, banyak sekali mengalirkan lateks atau getah dari tangkai yang baru sajadipotong. Getah ini harus dibersihkan dari buah dengan mencuci buah denganlarutan 100 ppm natrium hipokhlorit secepatnya setelah buah dipetik, untuk mencegah getah membakar kulit buah yang selanjutnya dapat menyebabkan buah membusuk.

        Untuk mengendalikan Antraknosis buah direndam dalam air hangat bersuhu 520 C selama 1 - 3 menit. Kendala yang dihadapi pada metodeini ialah bahwa sulit sekali untuk mempertahankan suhu yang diperlukan dengan peralatan yang tersedia di daerah pedesaan. Lagi pula metode ini mahal dan buahakan banyak bertambah ringan, kehilangan lapisan lilinnya dan lebih cepatmembusuk sebagai akibat dari penerapan metode tersebut.

     3. Sortasi buah mangga: Setelah pemanenan,Perlakuan inidilakukan untuk memperoleh buah dengan ukuran, tingkat kematangan dankualitas yang seragam. Sortasi bertujuan untuk memisahkan buah yang layak  jual dan tidak layak dijual agar diperoleh buah yang seragam bentuk, warna,ukuran dan kematangannya

     4. Grading buah mangga :grading dilakukan untuk memperoleh buah yang seragam ukurannya (besar, sedang, kecil atau sanga tkecil).Sortasi dan grading mangga gedong dilakukan dengan kriteria ukuranyang seragam dilakukan dengan pemilahan buah berdasarkan ukuran tidak cacat, utuh, tidak duduk, tidak  bernoda hitam, tidak berlubang dan tidak tergores.

        Sortasi dan pengkelasan dilakukan secara manual dengan cara memisahkan buah berukuran kecil ≤200g, sedang 200-400g dan besar ≥400g.Kegiatan ini penting dilakukan agar buah yang dipasarkan terjaga mutunya,karena buah yang rusak akan mempercepat dan mempengaruhi kerusakan buahyang lain yang ada dalam satu kemasan. Pada buah mangga gedong, kriteriayang juga sangat penting dalam sortasi adalah buah tidak duduk (bentuk buahdatar di ujung)

      5. Pelilinan (waxing):pelapisan lilin atau waxing dapat menekan laju respirasi sehingga perlakuan ini merupakan salah satu alternatif untuk memperpanjang masa simpan buah-buahan. Pelilinan akan menghambat proses respirasi sehingga perubahan kimiawi yang terjadi pada mangga relatif terhambat.
  
         Dengan terjadinya penghambatan respirasi akan menunda kematangan buah. Pelilinan 6% yang diikuti dengan penggunaan benomyl 1000 ppm dan glossy agent dengan konsentrasi 0,125% dapat mempertahankankesegaran buah hingga mencapai minggu ke 4 dibandingkan dengan buah tanpa pelilinan. Hal ini menunjukkan bahwa pelilinan mampu membentuk lapisan padaseluruh permukaan mangga dan menutupi pori-pori secara merata namun tidak mengganggu aktivitas fisiologis yang masih berlangsung. Proses ini yang diduga sebagai proses penghambatan sehingga buah lebih tahan lama dibandingkandengan tanpa adanya pelilinan.

         Perlakuan pelilinan buah dilakukan dengan cara pencelupan atau penyemprotan menggunakan emulsi lilin selama 10 - 30 detik. Kemudiandilakukan penirisan dengan membiarkan kering angin atau menggunakan kipasangin guna mempercepat proses pengeringan. Mangga yang diberi perlakuan pelilinan memiliki penampakan yanglebih bagus dibandingkan dengan tanpa pelilinan.pada buah mangga dapat menurunkan serangan antracnose dan buah memiliki penampakan yang lebih baik secara fisik dan kimia dengan kerusakan minimal.
   
      6. Pengemasan : Pengemasan harus mampu melindungi mangga dari kerusakan yang terjadi selama distribusi dan  pemasaran. Fungsi lain pengemasan adalah mempertahankan bentuk dan kekuatan kemasan dalam waktu yang lama,termasuk dalam kondisi kelembaban nisbi yang mendekati jenuh atau Setelah terguyur air.

         Pengemasan merupakan bagian dari kegiatan pascapanen sebelum dilakukan transportasi atau penyimpanan. Adanya wadah atau pembungkusdapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya dan melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan,benturan, getaran) (Broto, W., 2003).

         Untuk pemasaran ekspor,sebelum dimasukkan ke dalam karton, mangga diberi  pelapis net foam. Hal inidilakukan untuk mencegah kerusakan fisik akibat benturan selama dalamtransportasi. Setelah dilakukan  pengemasan dengan net foam, baru kemudiandimasukkan ke dalam karton yang dibagian dalam diberi pelapis lilin. Ukurankarton yang digunakan adalah 40x30x10 cm dengan isi tiap karton 2 kg

      7. Adaptasi suhu : untuk mencegah terjadinya chilling injury yaitu kerusakan buah jika suhu yang digunakan terlalu rendah. Adaptasi suhu dilakukan pada suhu 15°C selama 24 jam. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian yangmenggunakan suhu adaptasi pada 15°C yang dapat mempertahankan kesegaran buah selama 4 minggu (Lam and Ng,1984). Setelah buah dikemas kemudiandilakukan adaptasi pada cold room. Setelah tercapai suhu yang diinginkan, buah dipindahkan ke ruang berpendingin dengan suhu 10°C untuk penyimpanan.

      8. Penyimpanan buah mangga: dilakukan dalam suhu dingin. Penyimpanan dingin buah klimakterik selain mengakibatkan tertundanya kematangan buah juga berpengaruh pada respon jaringan terhadap etilen. Hal ini berarti,buah memerlukan waktu kontak lebih lamadengan dosis etilen tertentu untuk mengawali kematangannya pada suhu rendah (BrotoW,2003). Penyimpanan dingin bertujuan untuk membatasi pembusukan tanpa menyebabkan terjadinyakematangan abnormal atau  perubahan-perubahan lainnya yang tidak  diinginkandan mempertahankan mutu sampai ke tangan konsumen dalam jangka waktu yang lama.

      9. Perlu diperhatikan bahwa buah mangga dapat rusak karena suhurendah/dingin (kerusakaan faali bila disimpan pada suhu rendah tetapi di atastitik beku air). Kerusakan oleh suhu rendah ini antara lain terlihat sebagai berubahnya warna kulit menjadi abu-abu, terbentuknya lobang-lobang padakulit dan buah tidak merata menjadi masak (warna buah jelek dan juga rasanya pun tidak enak). Guna mencegah kerusakan oleh suhu rendah, sebaiknya buahmangga disimpan pada duhu 10 - 150C.

     10. Kisaran ini disebabkan oleh varietas,tingkat masak buah, lokasi, pengaruh musim pada buah, dan sebagainya.Umur kesegaran mangga dapat dipertahankan hingga 2 – 3 minggu biladisimpan pada kondisi suhu 13C dan kelembaban 85 – 90 persen, namundemikian beberapa varietas masih dapat bertahan pada suhu yang lebih rendahyaitu 10 C di bawah suhu tersebut merupakan kondisi yang tidak baik bagi penyimpanan mangga.

     11. Penyimpanan buah mangga pada sistim udara terkendalinampaknya tidak memberikan banyak keuntungan dalam perpanjangan masasimpan. Kondisi penyimpanan udara terkendali untuk buah mangga yang amanadalah bersuhu 13 C dengan kadar CO2: 5% dan kadar O2: 5%

     12. Dilihat dari sudut teknis mapun ekonomis, pengangkutan merupakanfaktor penting pada penanganan dan pemasaran buah mangga karena buahmangga cepat membusuk bila tidak disimpan pada suhu dingin, sangat pentinguntuk secepat mungkin mengangkutnya ke lokasi pemasaran.

     13. Pada pengangkutan buah mangga untuk tujuan ekspor maupun domestik harusmenggunakan mobil yang dilengkapi ruang pendingin. Hal ini untuk menjagarantai dingin selama transportasi. Rantai dingin diperlukan untuk membatasi pembusukan tanpa menyebabkan terjadinya kematangan abormal atau perubahan-perubahan lainnya yang tidak diinginkan dan mempertahankan mutusampai ke tangan konsumen. Suhu yang tepat untuk pengangkutan mangga adalah 10°C
2.11  komoditi kol atau kubis
Tanaman kubis dapat dipetik kropnya setelah besar, padat dan umur berkisar antara 3 - 4 bulan setelah penyebaran benih. Hasil yang didapat rata-rata untuk kubis telur 20 - 60 ton/ha dan kubis bunga 10 -15 ton/ha. Pemungutan hasil jangan sampai terlambat, karena kropnya akan pecah (retak), kadang-kadang akan menjadi busuk. Sedangkan untuk kubis bunga, jika terlambat bunganya akan pecah dan keluar tangkai bunga, hingga mutunya menjadi rendah
  • Kubis dipanen setelah berumur 81- 105 hari
  • Ciri-ciri kubis siap panen bila tepi daun krop terluar pada bagian atas krop sudah melengkung ke luar dan berwarna agak ungu, krop bagian dalam sudah padat.
  • Pada saat panen diikursertakan dua helai daun hijau untuk melindungi krop
  • Jangan sampai terjadi memar atau luka
  • mati penyakit Busuk Lunak (Erwinia carotovora) dan Busuk Hitam (Xanthomonas camprestris)
  • Daun-daun kubis yang terinfeksi harus dibuang.

Peningkatan Mutu Hasil
Untuk memperoleh krop kubis yang baik, maka kubis harus dipanen tepat waktu. Kepadatan dan kekompakan digunakan sebagai penetapan saat panen. Biasanya kubis dipanen setelah umur 81-105 hari di pertanaman dan tergantung pada varietas yang ditanam. Panen yang terhambat akan menyebabkan krop pecah. Untuk penyemprotan sebaiknya tidak dilakukan lagi 2 minggu sebelum dipanen.
2.12  komoditi kedondong
Pengumpulan Buah Pasca Panen
  • Setelah dipetik buah dikumpulkan dalam keranjang kemudian setelah keranjang penuh dapat dikumpulkan pada tempat yang beralas daun-daun pisang atau alas lain. Pengumpulan dilakukan di tempat yang teduh sehingga buah tetap terjaga kesegarannya. Dalam mengumpulkan buah harus hati-hati jangan terlalu kasar sehingga buah tidak memar atau luka. Sebab kalau luka akan cepat membusuk.
Penyortiran dan Penggolongan Buah
  • Setelah dikumpulkan kemudian buah disortir dan kemudian digolongkan menurut kematangan dan ukuran buahnya. Buah yang bagus akan dikirik kepada penjual besar (supermarket), sedangkan buah yang kecil untuk pasar lokal. Buah yang akan dikirim jauh, sebaiknya buah yang belum kelihatan masak, karena jika sudah masak akan terjadi pembusukan setelah sampai di tempat pengiriman. Buah yang masak sebaiknya langsung dikonsumsi.
Penyimpanan Buah Kedondong
  • Buah kedondong dapat disimpan ditempat yang dingin dengan menggunakan alat pendingin. Pendinginan dapat mengawetkan buah sampai beberapa minggu. Tempat penyimpanan harus bersih dan buah yang akan disimpan juga dicuci terlebih dahulu sampai bersih betul.
Pengemasan dan Pengangkutan Buah Kedondong
  • Setelah penyortiran, langkah selanjutnya ialah buah kedondong dikemas dengan dimasukkan ke dalam karung goni khusus yang berlubang atau dikemas dengan bok kardus atau juga dengan kayu yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat terhindar dari benturan langsung dengan benda keras lain. Setelah dikemas kemudian diangkut dengan alat transportasi.
Pengemasan Buah Kedondong
  • Pengemasan buah kedondong dalam peti kayu, berat bersih setiap peti kayu maksimum 25 kg, susunan buah dalam peti kayu kompak dengan setiap buah yang diberi pembungkus/ penyekat, atau kotak kotoran diberi penyekat dan lobang udara, susunan buah dalam kotak karton satu lapis dengan berat bersih kotak karton maksimum 10 kg. Untuk pemberian merek di bagian luar kotak kayu di beri label yang dituliskan
2.13   komoditi pepaya
Carica papaya, L merupakan tanaman serbaguna yang buahnya dimanfaatkan sebagai buah meja bermutu dan bergizi tinggi yang banyak dikonsumsi masyarakat. Dalam 100 g pepaya matang mengandung vitamin A (1.094 – 18.250 SI), vitamin C (62 – 72 mg), kadar serat 1,8 g dan mineral natrium dan kalium.

a. sortasi
• Setelah buah dipetik, proses selanjutnya melakukan sortasi yang bertujuan untuk memisahkan pepaya yang mutunya baik dengan yang kurang baik.
 • Sortasi dapat dilakukan langsung di lapangan maupun di rumah pengemasan, secara manual maupun mekanis.
b. greding
• Pemilahan bertujuan untuk memisahkan pepaya berdasarkan mutu, berat dan ukuran.
 • Pemilahan dilakukan secara visual dan manual, baik di rumah pengemasan atau di kebun berdasarkan warna, bentuk, ukuran dan berat.
 • selama pemilahan diusahakan terhindar dari kontak sinar matahari langsung karena menyebabkan penurunan bobot buah, pelayuan dan peningkatan aktivitas pematangan/respirasi.
c.                   pembersihan
 • Pembersihan pepaya dapat dilakukan dengan cara dicuci.
• Pencucian dilakukan dengan cara merendam dalam air bersih dalam waktu yang singkat atau menyemprotkan air ke seluruh permukaan buah. Dapat juga ditambahkan klorin.
 • Kemudian dikering anginkan atau menggunakan kipas angin.
d.   pemangkasan
 • Pengemasan buah pepaya umumnya menggunakan kertas/kantong semen, kertas koran polos, net foam maupun plastik pembungkus (wrap) untuk menghindari luka pada buah dan dimasukkan dalam keranjang yang juga dilapisi kantong semen dan sejenisnya.
 • Buah dipak ke dalam kotak karton dengan ujung tangkai menghadap ke bawah

2.14  komoditi bawang merah
1.      Pelayuan dan Pengeringan
Tujuan dari tahap ini adalah mencegah timbulnya kerusakan pada umbi akibat membusuk atau terkena serangan penyakit. Cara pengeringannya dilakukan dengan menjemur bawang merah di bawah terik matahari. Tanaman-tanaman ini disejajarkan dengan posisi berdiri, di mana bagian daun akan melindungi terpaan sinar mentari secara langsung sehingga kulit umbinya tidak mengalami luka. Walaupun murah dan mudah dikerjakan, metode ini masih bergantung pada musim dan area penjemuran yang cukup luas.
2.      Pembersihan dan Sortasi
Pembersihan dikerjakan dengan menghilangkan kotoran-kotoran yang melekat di permukaan umbi bawang merah. Dengan demikian, umbi pun terlihat bersih dan kualitasnya akan naik. Sedangkan, sortasi adalah pengelompokan umbi berdasarkan mutunya. Pisahkan antara umbi yang bernas, tidak cacat, tidak busuk, dan ukurannya seragam dengan umbi yang jelek, rusak, atau busuk.
3.      Penyimpanan
Bawang merah hasil panen biasanya akan disimpan dengan cara mengikatnya memakai tali. Kemudian gantungkan setiap ikatan bawang merah tadi di bagian langit-langit ruangan yang sejuk dan tidak lembab. Kelemahan dari metode ini adalah kapasitas penyimpanan yang terbatas karena dipengaruhi langsung oleh ukuran luasnya. Suhu yang bagus untuk penyimpanan umbi bawang merah berkisar antara 30-34 derajat celsius dengan tingkat kelembaban udara sekitar 65-75 persen.

2.15 komoditi mentimun
Buah mentimun termasuk bahan sayuran (makanan) yang mudah busuk dan rusak. Oleh karena itu selepas panen perlu penanganan pasca panen yang memadai untuk mempertahankan kesegaran, mencegah susut dan kerusakan.
Setelah buah mentimun dipetik (dipanen), buah segera dimasukkan ke dalam wadah yang strukturnya tidak keras, misalnya karung goni (waring) atau keranjang plastik.
Tahapan penanganan pasca panen selanjutnya meliputi kegiatan:
1.      Pengumpulan Hasil

Hasil panen dari kebun langsung diangkut ke tempat penampungan (pengumpulan) sementara, misalnya ruang gudang atau tempat lain yang teduh tidak terkena sinar matahari langsung. 

2.      Pemilihan (sortasi) dan Klasiikasi

Buah yang kurang baik bentuknya (bengkok), busuk atau rusak harus dipisahkan dari buah yang baik. Untuk sasaran pasar Swalayan, buah mentimun diklasifikasikan sesuai dengan kriteria mutu yang diminta konsumen (pasar). 

Kalsifikasi buah mentimun dibedakan tiga kelas, yaitu:

a.       Kelas A: panjang 16-20 cm, diameter 1,5 cm, bentuk buah bagus, lurus, bulat dan mulus.

b.      Kelas B: panjang 20-23 cm, diameter 2,0 cm, bentuk buah bagus, lurus, bulat dan mulus.

c.       Kelas C: buah afkiran yang panjangnya lebih dari 23 cm.

Khusus untuk mentimun asinan, kriteria panjang buah tidak menjadi patokan tetapi diameternya tidak lebih dari  4 cm. Meskipun demikian, kriteria mutu buah mentimun ini tidak sama di setiap daerah atau pasar, tergantung selera konsumen 

3.      Pencucian dan Penirisan

Buah mentimun yang telah diklasifikasikan segera dicuci dalam air mengalir atau air yang disemprotkan hingga bersih. Selesai pencucian, langsung ditiriskan di tempat kering untuk menghilangkan air yang menempel.

4.      Pewadahan dan pemasaran

Buah mentimun yang telah bersih dan kering dimasukkan ke dalam wadah, misalnya karung, dus karton atau kontainer lainnya. Posisi buah diatur sedemikian rupa, baik secara berdiri maupun ditidurkan bersusun. Buah mentimun yang sudah diwadahi (packing) siap diangkut dan dipasarkan.
2.16 komoditi sawi
Dalam hal pemanenan penting sekali diperhatikan umur panen dan cara panennya. Umur panen sawi paling lama 70 hari. Paling pendek umur 40 hari. Terlebih dahulu melihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun. Cara panen ada 2 macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan dengan memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah dengan pisau tajam.
Pasca panen sawi yang perlu diperhatikan adalah :
1. Pencucian dan pembuangan kotoran.
2. Sortasi.
3. Pengemasan.
4. Penympanan.
5. Pengolahan.




III. METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum kunjungan pasar modern (mall) ini bertempat di Lotte mart panakukang Praktikum kunjungan pasar modern (mall) ini dilaksanakan pada haris,kamis Tanggal 5 januari 2017 pukul 11.00 sampai selesai. Dan kunjungan pasar tradisional di pasar swadaya sungguminasa pada hari Selasa.tanggal 3januari 2017 pukul 10 sampai selesai

3.2. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kunjungan pasar modern (mall) ini yaitu alat tulis menulis dan kamera.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kunjungan pasar modern (mall) ini yaitu


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
No
komoditi
Pasar tradisional
pasar moderen
1
Jeruk
2
Apel
3
Tomat
4
Cabe
5
Pisang
6
Melon
7
wortel
8
kentang

9
Mangga
10
Kol/kubis
11
kedondong
12
pepaya
13
Bawang merah
14
mentimun
15
sawi












4.2  pembahasan
            Berdasarkan tabel diatas dari 15 komoditi yang di analisisa perbedaaannya yaitu jeruk, Apel, Tomat, Cabe rawit, Pisang, Melon, Wortel, Kentang, Mangga, Kol/ kubis, Kedondong, Pepaya, Bawang merah, Mentimun, dan Sawi antara pasar Tradisional dengan pasar moderen dapat dibedakan dari melihat gambar di atas dalam perlakuan penanganan  pasca panen yang berbeda.
            Dipasar tradisional swadaya sungguminasa dalam penanaganan pasca panen tidak terlalu memperhatikan mutu dan kualitasnya, tidak melakukan pemisahan kecil ataupun besarnya, tempatnya tidak teratur, pencucicnnya tidak terlalu bersih, tidak melakukan pengemasan, tidak ditempat pendinginan sehingga  produknya cepat rusak.
            Di pasar moderen lotte mart panakkukang dalam penanganan pasaca panen sangat memperhatikan mutu dan kualitanya mualai penyortiran buah, pengemasannya ,penempatananya suhu yang dingin sehingga bisa bertahan lama



V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari praktek kunjungan pasar ini yaitu :
1. Buah dan sayuran merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami kerusakan setelah pemanenan, baik kerusakan secara fisik, mekanis, maupun kerusakan mikrobiologis. Kerusakan tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kesegaran buah markisa sampai di tangan konsumen.
2. Sebagian besar pedagang di pasar tradisional tidak melakukan perlakuan- perlakuan khusus dalam usaha memperpanjang lama penyimpanan dan mempertahankan mutu produk hortikultura.
3.  Penanganan pasca panen perlu memperhatikan sifat produk hortikultura yang mudah rusak,  bentuk komoditi, suhu, serta kelembaban udara.

5.2. Saran
          Dalam penanganan pasca panen pada tanaman buah dan  sayur harus dilakukan sesuai langkah penanganan pasca panen  dengan baik dan  benar sehingga menghasilkan harga jual yang tinggi. Selain itu penaganan pasca panen yag baik dan benar akan mempengaruhi daya beli konsumen sehinnga perlu adanya penanganan pasca panen yang  baik dan benar.




DAFTAR PUSTAKA

            Rachmawan,Obin.2001 Laporan Panen dan Pasca Panen. dari  http://blog.ub.ac.id/fitafitriya/2012/06/26/laporan-panen-dan-pasca-panen/ diakses tanggal  19 maret 2014.

           Roosmani, A.B. 1975. Percobaan Pendahuluan Terhadap Buah-buahan dan Sayur-sayuran Indonesia. Buletin Penelitian Hortikutura LPH Pasar Minggu. 3 (2): 17-21. Jakarta.


Rachmawan,Obin.2001.Membersihkan Komoditas Pertanian. Dari : http://mirror.unpad.ac.id/orari/pendidikan/materikejuruan/pertanian/pengendalian-m            utu/membersihkan


Sunarjono, H., 2004, Petunjuk Praktis Budidaya Kentang. Jakarta: PT. Agro Media Pustaka
        Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
          Anonim. 2011. Pepaya. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan Teknologi, Sentra Informasi Iptek. Jakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

makalah sosiologi dengan pembahasan “Perspektif posistivistis comte tentang masyarakat”.

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Kehidupan kita sekarangini sudah sangat jauh dari hukum-hukum alam, yang digantikan oleh ...